Tanah Milik Warga Kristen di Yerusalem Terancam Dirampas Yahudi Radikal

14 April 2022 12:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patriarkh Ortodoks Yunani Theophilus III. Foto: JACK GUEZ / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Patriarkh Ortodoks Yunani Theophilus III. Foto: JACK GUEZ / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gereja di Yerusalem memulai perlawanan terhadap kelompok Yahudi garis keras. Ancaman perebutan tanah kini sedang dihadapi oleh kelompok Kristen yang menetap di kota suci tiga agama tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami punya masalah besar di sini," ucap Patriark Gereja Ortodoks Yunani di Kota Tua Yerusalem, Theophilus III kepada kantor berita AFP pada Rabu (13/4/2022).
"Yerusalem juga punya karakteristik Kristen, dan itu yang sedang terancam," sambung dia.
Patriarkh Ortodoks Yunani Theophilus III. Foto: Daniel Bar-On / POOL / AFP
Theophilus III menceritakan, akhir-akhir ini kelompok garis keras Yahudi semakin memperluas upayanya merampas tanah milik warga Kristen. Kelompok Yahudi garis keras juga otak di balik perebutan tanah milik umat Muslim di Yerusalem.
"Mereka jadi radikal karena didorong ideologi mereka. Ideologi itu adalah sindrom mesianisme, yang mereka klaim 'kami akan menebus tanah suci dari kaum profan'," sambung dia.
Salah satu kelompok yang disebut oleh Theophilus III menuduh warga Kristen sebagai profan dan mencoba mengambil tanah adalah Ateret Cohanim. Kelompok radikal Yahudi tersebut sejak 2005 terlibat pertikaian melawan umat Kristen di Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Pada 27 Maret ini, pertikaian antara warga Kristen melawan Ateret Cohanim memasuki babak baru. Kelompok tersebut dengan ilegal merebut wilayah Petra Hotel yang menjadi bagian dari tanah milik warga Kristen.
Pemukiman di Yerusalem. Foto: marcobrivio.photo/Shutterstock
Theophilus III menyebut, permasalahan perebutan tanah sebenarnya sudah diketahui Pemerintah Israel. Bahkan janji-janji dilontarkan oleh Israel.
"Mereka berkomitmen mencoba yang terbaik demi menyelesaikan masalah ini, dan menekan kelompok radikal untuk keluar," ucap Theophilus III.
Tapi, dua pekan berjalan kelompok Yahudi radikal tetap berada di tanah milik umat Kristen. Theophilus III pun seperti patah arang melihat fakta tersebut.
"Ini seperti negara tidak punya kuasa terhadap orang-orang seperti mereka," kata Theophilus III.