Tekanan ASEAN Buat Militer Myanmar Bebaskan Ratusan Tapol

19 Oktober 2021 13:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah kendaraan lapis baja berkeliling di jalan selama protes melawan kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2). Foto: Stringer/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah kendaraan lapis baja berkeliling di jalan selama protes melawan kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2). Foto: Stringer/REUTERS
ADVERTISEMENT
Junta militer Myanmar melepaskan ratusan tahanan politik (tapol). Langkah itu diambil akibat mendapat tekanan dari ASEAN.
ADVERTISEMENT
Tidak dirinci beberapa ratus orang yang bebas. Namun, pembebasan dilakukan di berbagai penjara di sejumlah kota di Myanmar mulai Senin (18/10/2021).
Mereka yang dibebaskan termasuk beberapa petinggi parpol Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) hingga komedian kritis. NLD adalah partai penguasa Myanmar sebelum kudeta pada awal 2021 lalu.
Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Indonesia, Sabtu (24/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Terkait pembebasan tersebut otoritas penjara maupun junta militer belum berkomentar secara detail.
Pada Senin lalu pemimpin Junta Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menyampaikan akan mengampuni dan membebaskan mereka yang ditahan maupun dicari terkait protes anti-kudeta.
Aktivis di Myanmar menyebut, langkah militer untuk kembali mengambil hati ASEAN. Blok 10 negara Asia Tenggara itu pada pekan ini memutuskan tak mengundang Jenderal Min pada KTT di Brunei mendatang.
ADVERTISEMENT
Keputusan ASEAN itu membuat Myanmar terkejut dan kecewa berat.
Terkait pembebasan tahanan, Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar Tom Andrews menyambut baik keputusan itu. Sebab, orang-orang yang dibebaskan sudah lama ditahan tanpa status hukum jelas.
"Pembebasan yang dilakukan junta jelas tidak disebabkan hati mereka sudah berubah, ini semata karena tekanan," kata Andrews seperti dikutip dari Reuters.
Kudeta pada awal 2021 merupakan gerbang petaka bagi Myanmar. Usai kudeta kekerasan terjadi hampir setiap hari di Myanmar.
Laporan aktivis dan PBB, 1.100 warga sipil terbunuh usai kudeta. Otoritas militer turut menangkap 9.000 orang lainnya.