Telapak Kaki Bayi di Medan Melepuh Kemerahan Diduga Usai Skrining Hipotiroid

19 Maret 2023 10:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perut bayi baru lahir. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perut bayi baru lahir. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Rasa bahagia Ibnu Sanjaya Hutabarat (25 tahun) menyambut kelahiran buah hatinya tiba-tiba lenyap. Baru dua hari lahir ke dunia, telapak kaki bayinya mengalami luka serius kemerahan seperti melepuh.
ADVERTISEMENT
Bayi perempuan itu lahir melalui operasi sesar di RSU Mitra Medika Jalan SM. Raja Medan pada Rabu (8/3) dalam keadaan sehat.
"Bayi saya lahir dalam kondisi sehat dan sempurna dengan berat badannya 2,9 kilogram," kata Ibnu ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu (19/3).
Namun dua hari kemudian, telapak kaki anaknya memerah. Ia menduga semua berawal dari kebijakan rumah sakit yang menawarkan program skrining hipotiroid demi cegah stunting dan keterbelakangan mental pada 8 Maret.
Program ini memang termasuk kebijakan pemerintah pusat yakni Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) terhadap bayi baru lahir. SHK adalah skrining atau uji saring untuk memilah bayi itu masuk dalam pengidap Hipotiroid Kongenital (HK) dan bukan.
Sederhananya, hipotiroid adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Hal ini bisa mengganggu detak jantung, suhu tubuh, dan seluruh aspek metabolisme.
ADVERTISEMENT
Pada pelaksanaanya, SHK dilakukan dengan cara pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam, dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan.
Darah yang diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium.
Jika hasilnya positif, maka bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan. Juga gangguan tumbuh kembang dan keterbelakangan mental dan kognitif.
"Pada Rabu malam itu saya diajukan form persetujuan atau menolak untuk mengikuti program tersebut. Tapi tak langsung saya berikan jawaban. Saya minta waktu untuk membicarakan hal ini dengan keluarga," ujar pria yang tinggal di Jalan Pelajar Medan itu.
Kaki bayi di Medan seperti melepuh diduga setelah skrining hipotiroid. Foto: Dok. Istimewa
Keesokan harinya, Kamis 9 Maret sekitar pukul 15.30 WIB, ia dipanggil ke ruangan bayi untuk membicarakan perihal program pemerintah tersebut. Di sana, perawat yang bertemu dengannya menjelaskan bahwa skrining ini sama sekali tidak berisiko dengan kondisi bayinya.
ADVERTISEMENT
"Selain tak berisiko dan pengambilan sampel darah hanya melalui tumit, seperti mengecek gula darah dan golongan darah, akhirnya aku menandatangani form persetujuan tersebut," katanya lagi.
Pengambilan sampel darah bayinya pun dilakukan pada Jumat 10 Maret sore hari. Akan tetapi, sesaat setelahnya tepatnya Maghrib, dia melihat kaki kanannya sudah terbalut perban.
Takut bercampur panik dia akhirnya memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi dengan kaki bayinya itu.
"Pas aku lihat, telapak kaki anakku menjadi berwarna merah darah. Saat aku tanya, perawat di situ tidak ada memberikan jawaban yang memuaskan. Dan anak ku terlihat begitu gelisah gitu. Jujur, saat itu aku panik. Awalnya anakku cantik, tapi kenapa bisa jadi begini. Sampai besoknya pun aku tak mendapat jawaban yang memuaskan dari pihak rumah sakit," ungkapnya lirih.
ADVERTISEMENT
Merasa tak mendapat itikad baik dari pihak rumah sakit, Ibnu yang telah berembuk bersama keluarga memilih untuk menempuh jalur hukum. Dia akhirnya membuat laporan pengaduan ke Polda Sumatera Utara (Sumut). Laporannya tertuang dalam Nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, Tertanggal 14 Maret 2023.
kumparan sudah coba mengkonfirmasi ke RS dan polisi untuk membahas detail terkait kejadian ini tapi hingga berita ini dirilis belum ada tanggapan.