Tentara dan Polisi El Salvador Serbu Gedung Parlemen
ADVERTISEMENT
Tentara dan polisi menyerbu gedung parlemen El Salvador di ibu kota negara, San Salvador. Aksi ini diduga diperintahkan oleh Presiden Nayib Bukele.
ADVERTISEMENT
Tindakan pada Minggu (9/2) dilakukan di tengah permintaan Bukele agar parlemen mengabulkan pencairan dana pinjaman sebesar USD 109 juta setara Rp 1,4 triliun.
Pinjaman tersebut akan dipakai untuk mempersenjatai militer dan polisi melawan kelompok kriminal. El Salvador merupakan negara dengan angka pembunuhan tertinggi di dunia.
Permintaan Bukele memicu pertikaian antara eksekutif dan legislatif di El Salvador.
Sementara itu, sebelum masuk ke gedung parlemen polisi dan militer bersenjata lengkap telah berdiri dengan sikap siaga di depan gedung tersebut.
Di luar gedung parlemen Bukele menyampaikan pernyataannya terkait permintaan pencairan dana pinjaman militer.
"Jika orang-orang tak berguna ini (anggota parlemen) tak menyetujui rencana kontrol teritorial, maka kami akan kembali turun ke jalan hari Minggu depan," ucap Bukele.
ADVERTISEMENT
Bukele juga mendorong pendukungnya untuk ikut aksi di depan gedung parlemen sebagai bentuk tekanan agar permintaan cepat disetujui.
Bukele dilantik menjadi Presiden El Salvador pada Juni 2019 lalu. Ia berjanji akan meredam aksi kekerasan di negara tersebut.
Salah satu cara yang diambil adalah meminjam dana untuk mempersenjatai militer dan polisi. Namun, keinginan Bukele sampai saat ini tak disetujui oleh parlemen.
Pada Senin (10/2), Ketua DPR El Salvador Mario Ponce mengecam tindakan Bukele mengerahkan militer dan massa. Ponce menyatakan, aksi Bukele bentuk dari kudeta.
"Kami tak mau merespons permintaan kelompok eksekutif yang menodong senjata di kepala kami," kata Ponce.