news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tentara Kamerun Dituduh Pelaku Pembantaian Wanita Hamil dan Anak-anak

18 Februari 2020 11:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tentara Kamerun. Foto: MARCO LONGARI / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tentara Kamerun. Foto: MARCO LONGARI / AFP
ADVERTISEMENT
Tentara Kamerun dituduh sebagai pelaku pembantaian 22 warga sipil, sebagian besar wanita dan anak-anak, di wilayah berbahasa Inggris atau Anglophone.
ADVERTISEMENT
Tudingan semacam ini bukan pertama kali datang. Pada 2018, Militer Kamerun dituduh membunuh dua orang ibu dan anaknya di wilayah serupa.
Pada 2020 tudingan serupa datang setelah seorang saksi mata di lokasi kejadian, desa Ngarbuh, melihat sebanyak 40 tentara bertopeng melepaskan tembakan ke arah warga sipil. Usai menembak, militer membakar jasad korban.
"Mereka membakar jasad, kondisinya sangat mengerikan," sebut seorang pekerja sosial yang menghubungi saksi mata di tempat kejadian, seperti dikutip dari AFP.
Insiden pada Jumat (14/2) lalu mendapat perhatian khusus PBB. Sebab, korban jiwa termasuk ibu hamil dan anak-anak.
Merespons tudingan, militer Kamerun angkat bicara. Mereka menolak dituduh sebagai penyebab kematian warga sipil.
Ilustrasi Tentara Kamerun. Foto: ALEXIS HUGUET / AFP
Juru bicara Militer Kamerun Kolonel Cyrille Atonfack Guemo mengatakan tuduhan di Anglophone adalah kedustaan. Dalam tiga tahun terakhir telah terjadi pemberontakan besar di Anglophone.
ADVERTISEMENT
Guemo menyebut, dari penyelidikan internal militer, kematian 22 warga sipil karena ledakan bahan bakar. Ledakan muncul saat baku tembak antara militer dan separatis Anglophone berlangsung.
"Ini kejadian tidak disengaja, hasil dari suatu operasi keamanan di kawasan tersebut," ucap Guemo.
Versi militer, insiden bermula saat empat tentara dan dua polisi sedang patroli malam di Ngarbuh. Rombongan tersebut menemukan sebuah rumah di tengah hutan yang diubah jadi benteng pertahanan pemberontak.
Di rumah itu ditemukan senjata dan amunisi yang diduga dipakai oleh pemberontak Anglophone.
"Sesudahnya terjadi baku tembak, beberapa kontainer berisi bahan bakar meledak, dan membakar beberapa rumah," kata Guemo.
Anglophone dalam beberapa tahun belakangan jadi wilayah 'panas' di Kamerun. Pertempuran antara militer dan pemberontak menyebabkan lebih 3.000 orang tewas dan 700 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT