Terawan soal WNI ABK Diamond Princess Mengeluh Dibunuh Pelan-pelan: Itu Persepsi

25 Februari 2020 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Terawan di RSCM, Jakarta Pusat. Foto: Raga Imam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Terawan di RSCM, Jakarta Pusat. Foto: Raga Imam/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah WNI kru Kapal Diamond Princess menganggap mereka seakan dibunuh perlahan-lahan karena tak kunjung dievakuasi oleh pemerintah. Kapal yang terinfeksi virus corona itu telah menulari menulari 691 penumpang termasuk sembilan WNI.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Dokter Terawan Agus Putranto menilai pernyataan tersebut hanya persepsi para WNI itu. Untuk mengatasinya, Terawan mengaku akan melibatkan tim pemulihan trauma.
"Makanya saya ngomong, tim trauma healing lah yang turun. Ya, toh," kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/2).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Gedung Grand Kebon sirih, Jakarta. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
"Namanya persepsi. Persepsi kan boleh, persepsi bisa dibikin apa saja. Tergantung nanti tim psikologi dan psikiater itu mendekat," lanjutnya.
Sejauh ini, Terawan punya alasan kuat mengapa pemerintah belum memutuskan mengevakuasi 69 kru WNI yang negatif virus corona. Hal itu untuk mencegah penyebaran virus agar tak menjadi episentrum baru.
"Risikonya kalau jadi episentrum gimana kira-kira. Itu yang harus disadari. Kalau jadi episentrum itu dampaknya luar biasa untuk ekonomi maupun yang lainnya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Kita kan dari green zone. Green zone itu bukan prestasi, tetapi itu anugerah. Kalau itu jadi red zone, coba, Italia aja kayak apa. Sepuluh kota di-locked," jelasnya.
Kapal Diamond Princess yang bersandar di Daikoku Pier Cruise Terminal di Yokohama, selatan Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS/Issei Kato
Kendati demikian, Terawan menyebut, 9 WNI yang positif corona sudah mendapatkan penanganan dari Jepang. Mereka masih dirawat intensif di rumah sakit di Tokyo dan Chiba.
Sementara, pemerintah Indonesia dan Jepang masih melakukan negosiasi terkait evakuasi nanti hingga mendapatkan keputusan bersama.
"Dirawat baik oleh Jepang. Yang 5 diobservasi di rumah sakit, yang 4 masih di kapal dan itu 9 baru demam-demam buat saya mereka dirawat dengan baik, dan dalam kondisi yang tidak berat," pungkasnya.
Sebelumnya, para WNI itu meminta Presiden Jokowi segera menjemput mereka demi menghindari virus corona di kapal pesiar yang sandar di Pelabuhan Yokohama, Jepang, itu.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari video media Australia, ABC, Senin (24/2), 9 WNI yang mewakili teman-temannya tersebut mengaku sudah lelah. Mereka yang memakai masker itu ketakutan, minta dievakuasi secepatnya.
"Kepada Pak Presiden Jokowi yang terhormat, kami yang berada di Diamond Princess di Yokohama sudah sangat takut. Ibarat dibunuh pelan-pelan," ujar salah seorang kru.
Pemerintah sebenarnya memiliki dua opsi jika evakuasi telah diputuskan, yakni via pesawat dan via jalur laut. Terawan sebelumnya menyebut, KRI Soeharso telah siap menjemput puluhan WNI itu.
Waktu tempuh diperkirakan selama 22 hari, sehingga masa observasi berada di dalam KRI Soeharso. Namun para WNI itu menolak dan meminta dievakuasi pakai pesawat karena sudah lelah.
ADVERTISEMENT