Terawan Ungkap Uji Klinis II Vaksin Nusantara Rampung, Ini Proses Penyuntikannya

16 Juni 2021 13:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sekaligus penggagas calon vaksin COVID-19 dalam negeri berbasis sel dendritik, vaksin Nusantara, mengatakan vaksin besutannya itu sudah merampungkan uji klinis fase II. Padahal BPOM sebelumnya tak mengizinkan uji klinis fase II vaksin Nusantara karena belum memenuhi sejumlah persyaratan.
ADVERTISEMENT
Adapun setelahnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Kepala BPOM Penny K. Lukito menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait penelitian sel dendritik pada 19 April lalu. MoU ini menyepakati penelitian berbasis sel dendritik di RSPAD Gatot Subroto.
"Kami bersama-sama dengan tim terus akan berjuang dan tetap berjuang untuk mewujudkan vaksin Nusantara, yang dalam hal ini kami berharap supaya bisa digunakan," kata Terawan di RDP bersama Komisi VII, Rabu (16/6).
"Kebetulan uji klinis dua ini sudah dikerjakan sampai hampir selesai dan kemudian muncul MoU dari pejabat negara, sehingga kami sudah selesaikan dulu sebelum adanya Mou itu muncul," imbuh dia.
Infografik serba-serbi vaksin Nusantara Terawan. Foto: kumparan
Artinya, vaksin Nusantara tetap dilanjutkan. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI Komisi VII, Terawan bahkan menjelaskan bagaimana proses pembuatan vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami akan memaparkan mengenai bagaimana, sih, cara membuat vaksin dendritik imunoterapi atau vaksin imunoNusantara atau vaksin Nusantara, mau diberi nama apa saja, yang intinya adalah vaksin sel dendritik imunoterapi dan dunia mengatakan sebagai dendritic cell vaccine imunoteraphy. Ini wujudnya satu paket begini," jelas dia.
"Sangat simple. Pada hari pertama kita bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik atau di mana saja yang paling tidak punya sentrifus dan punya biological safety cabinet," lanjutnya.
Lantas, bagaimana proses pembuatan vaksin berbasis sel dendritik atau imunoterapi COVID-19 yang biasa digunakan untuk pengobatan kanker itu? Berikut penjelasan Terawan:
- Pada hari pertama, peserta vaksinasi melakukan pengambilan darah. Darah pasien kemudian dimasukkan ke dalam 4 tabung vakum darah, masing-masing 10 cc, sehingga totalnya 40 cc.
ADVERTISEMENT
- Dua tabung leucosep yang sudah ficoll disediakan. Tabung berisi zat tersebut kemudian disentrifus selama 1 menit, agar premium ficoll turun melalui folter.
Darah pasien dimasukan ke dua tabung tersebut masing-masing 20 cc.
- Dua tabung ini disentrifus kembali dengan kecepatan 1.000 kali gaya gravitasi selama 10 menit, kemudian dibiarkan sampai cairan bening/serum dengan cairan selnya terpisah.
- Sebanyak 2 cc dari tabung tersebut diambil untuk disimpan, yang lain dipindahkan ke kerucut. Cairan jernih dari tabung kerucut dipindahkan ke satu tabung.
- Satu tabung tersebut disentrifus kembali dengan kecepatan 400 kali selama 5 menit. Setelahnya akan terdapat endapan. Buang cairan ke dalam ruang safety kabinet hingga tersisa pelet endapan.
ADVERTISEMENT
- Sebanyak 25 cc media dieferensiasi lalu dicampurkan dengan endapan.
- Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke kantong vaksin dengan spet 30 cc, setelah spet dan ujung kanton diswab dengan alkohol. Tahapan untuk mengeluarkan sisa udara dari kantong pun dilakukan.
- Kantong vaksin berisi cairan lalu disimpan di inkubator khsusus media, diinkubasi 37 derajat celcius selama 5 hari.
- Di hari ke-5, kantong vaksin akan dicek bila ada sel yang menempel.
- Antigen solution sebanyak 1 cc yang masih harus diimpor dimasukan ke dalam kantong vaksin yang sudah diinkubasi 5 hari. Menurut Terawan, 1 gram antigen solution bisa siap pakai untuk 10 juta vaksin bila dosisnya 0,1 mikron. Tetapi akan jadi hanya 3 juta vaksin kalau dosisnya 0,33 mikron. Dan akan menjadi hanya 1 juta vaksin bila dosisnya 1 mikron. Hal ini adalah salah satu pertimbangan yang diuji dalam uji klinis fase II.
ADVERTISEMENT
- Penyedotan sisa udara dilakukan supaya tidak ada antigen yang menempel di dalam pipa ini. Masukan kembali ke dalam inkubator 37 derajat celcius.
- Di hari ke-7, satu tabung kerucut baru disediakan. Cairan yang sudah diinkubasi 7 hari dimasukkan ke tabung ini, lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 400 kali gravitasi.
- Endapan dari proses ini diambil, kemudian dicapurkan dengan 25 cc larutan NaCl, lalu disentrifus ulang.
- Endapan dari proses tersebut diambil, kemudian dicampurkan dengan 0,5 cc yang disimpan di lemari es pada hari petama, ditambah dengan larutan 0,5 larutan cryo sebagai stabilitator.
- Setelah campuran tersebut dicampur, inilah vaksin Nusantara jadi yang siap disuntikan kepada pasien.