Terjebak di Laut Sejak Februari, Nasib Ratusan Pelaut Ukraina Terombang-ambing

26 April 2022 19:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pelaut melihat kapal penjelajah rudal Rusia Moskva yang ditambatkan di pelabuhan Laut Hitam Ukraina di Sevastopol, Ukraina 10, 2013. Foto: Stringer/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pelaut melihat kapal penjelajah rudal Rusia Moskva yang ditambatkan di pelabuhan Laut Hitam Ukraina di Sevastopol, Ukraina 10, 2013. Foto: Stringer/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sementara mata dunia tertuju kepada jutaan warga sipil yang sengsara di tanah Ukraina, ratusan pelaut mengambang tanpa pasti di atas ombak samudera. Mereka adalah warga negara Ukraina yang telah terperangkap di kapal komersial beberapa bulan terakhir, tanpa perhatian internasional yang menggubriskan keadaan mereka.
ADVERTISEMENT
Pada pelabuhan utama Mariupol, Kherson, dan Odesa, mereka tak dapat melarikan diri melalui darat maupun laut karena ketakutan atas ranjau Rusia dan serangan militer yang bisa tiba kapan pun. Mereka menghabiskan keseharian dengan cemas, kedinginan, dan kehausan.
Diperkirakan dari laporan Kamar Perkapalan Internasional, sedikitnya 500 pelaut Ukraina masih terdampar. Sekitar 1.500 orang mancanegara lebih telah berhasil melarikan diri melalui darat Rumania dan Moldova sejak Maret. Tak sedikit dari mereka melarikan diri dengan warga Ukraina, sementara sisanya dipulangkan dengan bantuan pemilik kapal atau kedutaan negara masing-masing.
Seorang ibu bersama anaknya menangis saat berada di hotel Mandachi yang diubah menjadi tempat pengungsian Ukraina, di perbatasan Suceava, Rumania, Minggu (20/3/2022). Foto: Clodagh Kilcoyne/REUTERS
Sejak invasi Rusia pertama Februari silam, sekitar 140 kapal komersial telah terdampar sekitaran Ukraina, pada Laut Hitam dan Laut Azov. Kapal-kapal ini terjebak di antara blokade dan ranjau laut. Sebuah LSM Hak Asasi Manusia di Laut mengunjungi Odesa pada akhir Maret, dan menemukan bahwa persediaan di banyak kapal hampir habis, termasuk pasokan medis dan air minum.
ADVERTISEMENT
Guna menghemat bahan bakar, mesin kapal hanya dinyalakan dua jam sehari untuk menyediakan pemanas ruangan dan air panas. Untuk 22 jam selanjutnya, ratusan orang tersebut harus pasrah terombang-ambing dalam keadaan menggigil.
Kendati keadaan yang memprihatinkan ini, beberapa awak kapal masih memegang harapan bahwa mereka akan dapat keluar secepatnya. Mereka bekerja 20 jam sehari untuk memastikan kondisi kapal tetap siap berlayar; sebuah harapan yang sepertinya sia-sia.
Kapal penjelajah rudal berpemandu Angkatan Laut Rusia, Moskva, berlayar kembali ke pelabuhan setelah melacak kapal perang NATO di Laut Hitam, di pelabuhan Sevastopol, Krimea, 16 November 2021. Foto: Alexey Pavlisha/REUTERS
Organisasi Maritim Internasional PBB telah berupaya untuk bekerja sama dengan Rusia dan Ukraina untuk membangun koridor maritim biru yang aman agar pelaut-pelaut tersebut dapat dievakuasi melalui air.
Namun, hal ini lebih sulit dari yang diperkirakan karena terdapat banyak ranjau di perairan yang harus dinetralisir sebelum evakuasi dapat dilakukan. Negosiasi harus dilakukan dahulu, yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, demikian dilansir The Conversation.
ADVERTISEMENT
Sepanjang April, Rusia telah dengan ganas menyerang sejumlah pelabuhan Ukraina. Serangan itu pun tanpa pandang bulu, tak mengecualikan beberapa kapal dagang yang akhirnya menjadi sasaran empuk.