Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Kisah ini terjadi di Desa Bukit Menyan di Kecamatan Kepahiang, Bengkulu , tahun 1990.
Di desa ini, tak ada satu pun warga yang berani keluar rumah di malam hari. Tiap petang menjelang, yang berada di luar hanya para peronda—yang jumlahnya tiga kali lipat dari hari-hari sebelumnya.
Kelompok peronda itu pun tak berkeliling dengan tangan kosong. Selain berbekal kentungan dan pentungan, mereka juga membawa parang, pedang, hingga bambu runcing seperti hendak perang.
Kenapa meronda saja sedemikian tegang seperti mau berperang? Ada apa gerangan?
Semua berawal dari peristiwa pada 23 Juli 1990.
Kala itu, lima orang perampok berpakaian ala ninja masuk ke rumah salah satu warga yang kebetulah adalah pengusaha kopi sukses di desa tersebut.
Tragisnya, perampok ala ninja itu tak hanya menjarah seisi rumah, tapi juga dengan beringas membunuh siapa pun yang berusaha menghalangi niat jahat mereka.
Masalahnya, kebrutalan itu tak berhenti di satu desa. Kawanan penjahat itu juga menyambangi desa lain yang berjarak tak jauh dari desa pertama.
Berkedok sebagai polisi, mereka menggeledah rumah warga kaya di desa itu. Dan selalu, ketika ada yang mencoba melawan, mereka tak segan untuk menghabisi nyawa warga, bahkan ada yang dimutilasi dengan kejam.
Terkait aksi kriminal sadis tersebut, polisi bukannya tak bertindak. Namun mereka kalah jumlah dan strategi.
Kondisi Kepahiang yang saat itu masih sepi, dimanfaatkan kawanan penjahat itu untuk menjarah dengan leluasa.
Apa sebetulnya yang dicari oleh gerombolan perampok itu? Sebanyak apa harta yang mereka incar?
Lalu, teror semencekam apa yang dihadapi penduduk Kepahiang? Dan apa saja upaya polisi untuk menumpas gerombolan peneror ini?
Simak kisah lengkapnya di video Crime Story berikut.