Teror Penusukan di Menara Eiffel, 1 Orang Tewas dan 2 Luka

4 Desember 2023 11:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi memeriksa lokasi penikaman di Paris, Prancis pada Sabtu (2/12/2023). Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Polisi memeriksa lokasi penikaman di Paris, Prancis pada Sabtu (2/12/2023). Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pria asal Jerman tewas dan dua orang lainnya luka-luka setelah ditikam menggunakan pisau dan palu di dekat Menara Eiffel, Ibu Kota Prancis, Paris, pada Sabtu (2/11).
ADVERTISEMENT
Motif penikaman diduga akibat luapan amarah tersangka — pemuda keturunan Iran, atas keterlibatan Prancis dalam aksi genosida Israel di Jalur Gaza terhadap belasan ribu warga Palestina tak bersalah.
Dikutip dari BBC, dalam konferensi pers pada Minggu (3/11) polisi mengatakan, penikaman terjadi di dekat Menara Eiffel sekitar pukul 21.00 waktu setempat.
Polisi mengatakan, korban yang tewas ditikam merupakan pendatang dari Jerman yang bekerja di Prancis. Menurut Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin, korban sedang bersama istrinya sebelum diserang dan ditikam secara brutal di Quai de Grenelle.
Menara Eiffel di Prancis. Foto: Benoit Tessier/REUTERS
Darmanin menambahkan, nyawa sang istri berhasil diselamatkan oleh pertolongan seorang sopir taksi. Tersangka kemudian melarikan diri melintasi jembatan terdekat yang membentang di atas Sungai Seine yang populer.
ADVERTISEMENT
Setelah menyeberang ke sisi utara sungai, tersangka malah menikam dua orang lagi — salah satu korban yakni lansia asal Inggris dipukul matanya dengan palu. Keduanya sudah menjalani perawatan medis dan tidak mengalami cedera serius.
Tak lama setelah penikaman kedua terjadi, polisi berhasil mengejar tersangka dan menyetrumnya. Video yang tersebar di media sosial menunjukkan, tersangka berhasil ditangkap polisi tidak jauh dari lokasi penikaman.

Marah atas Keterlibatan Prancis dalam Genosida di Gaza

Darmanin menggarisbawahi, tersangka terdengar meneriakkan lafal 'Allahu Akbar' sebelum menjalankan aksinya. Kepada polisi, menurut Darmanin, tersangka mengaku marah karena begitu banyak warga muslim yang tewas di Afghanistan dan Palestina.
Tersangka juga dilaporkan menyalahkan pemerintah Prancis karena terlibat dalam kematian belasan ribu warga Palestina di Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
"Pada hari Sabtu, sebuah video diposting di media sosial di mana tersangka mengkritik pemerintah Prancis dan mendiskusikan apa yang dia gambarkan sebagai pembunuhan muslim yang tak bersalah," bunyi laporan AFP.
Orang-orang mencari perlindungan setelah dimulainya kembali pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, Jumat (1/12/2023). Foto: Mohammed Abed/AFP
Jaksa penuntut anti-terorisme, Jean-François Ricard, telah membuka penyelidikan atas kasus ini. Dia mengidentifikasi tersangka sebagai seorang pria berusia 26 tahun bernama Armand R — yang lahir di Prancis dari orang tua keturunan Iran.
Polisi mengatakan, Armand sempat dipenjara selama empat tahun atas tuduhan merencanakan serangan kemudian dibebaskan tahun 2020. Seharusnya, Armand saat ini menerima perawatan kejiwaan.
Terkait peristiwa tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron pun menyebutnya sebagai 'serangan teroris', sekaligus menyampaikan belasungkawa kepada seluruh pihak yang terdampak.
ADVERTISEMENT
"Kantor kejaksaan anti-teroris nasional sekarang akan bertanggung jawab untuk menjelaskan kejadian ini sehingga keadilan dapat ditegakkan atas nama rakyat Prancis," kata Macron.