Tersangka Akui Kubur Mayat Dua Pria yang Hilang di Hutan Amazon

16 Juni 2022 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Polisi Federal membawa kantong mayat di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (15/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Polisi Federal membawa kantong mayat di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (15/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
ADVERTISEMENT
Salah satu tersangka yang ditangkap atas hilangnya dua orang di Hutan Amazon, Brasil, memberikan pengakuan pada Rabu (15/6/2022).
ADVERTISEMENT
Tersangka bernama Amarildo da Costa de Oliveira itu mengatakan, dia mengubur pasangan tersebut di hutan. Pengakuan itu muncul usai sisa-sisa tubuh manusia ditemukan di lokasi pencarian.
"Penggalian telah dilakukan di lokasi. Penggalian akan terus dilakukan, tetapi sisa-sisa manusia telah ditemukan," jelas Polisi Brasil, dikutip dari AFP, Kamis (16/6/2022).
"Segera setelah kami dapat memverifikasi dengan bantuan ahli bahwa itu memang sisa-sisa Dom Phillips dan Bruno Pereira, mereka akan dikembalikan ke keluarga," sambungnya.
Polisi mengawal seorang pria yang diduga terlibat dalam hilangnya jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar adat Bruno Pereira di Atalaia do Norte , negara bagian Amazonas, Brasil. Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Polisi tidak merinci apakah dia juga telah mengaku membunuh pasangan itu. Amarildo hanya mengungkap, para korban ditembak mati.
Pelaku penguburan yang berprofesi sebagai nelayan itu ditangkap bersama saudara laki-lakinya, Oseney da Costa Oliveira. Kedua tersangka merupakan pria berusia 41 tahun. Polisi juga sedang menyelidiki kemungkinan peran orang ketiga.
ADVERTISEMENT
"[Tersangka] menceritakan secara rinci kejahatan yang dilakukan dan menunjukkan tempat di mana dia menguburkan mayat-mayat mereka," ungkap Polisi Brasil.
Petugas polisi mengawal Oseney da Costa de Oliveira yang dituduh terlibat dengan hilangnya jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar adat Bruno Pereira, di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (15/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Salah seorang korban ialah jurnalis berusia 57 tahun, Dom Phillips. Dia adalah kontributor lama untuk surat kabar The Guardian dan Washington Post.
Korban kedua merupakan seorang ahli adat bernama Bruno Pereira. Pria berusia 41 tahun itu bertindak sebagai pemandu Philips.
Mereka hilang di bagian terpencil Amazon pada 5 Juni. Saat itu, mereka tengah menyusuri Lembah Javari. Philips mengunjungi wilayah itu sebagai bagian dari penelitian untuk sebuah buku tentang pembangunan berkelanjutan di Amazon.

Lembah Javari, Amazon

Kerabat istri jurnalis Inggris Dom Phillips memegang poster selama protes menyusul hilangnya Phillips dan pakar adat Bruno Araujo Pereira di Amazon, di pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil. Foto: Pilar Olivares/REUTERS
Wilayah yang mereka kunjungi dikenal marak kejahatan lingkungan, termasuk penambangan, penangkapan, penebangan ilegal, serta perdagangan narkoba. Lokasi penguburan mayat mereka juga sulit dijangkau.
ADVERTISEMENT
Pereira telah berulang kali mendapatkan ancaman dari para penebang, penambang, dan nelayan ilegal yang mencoba merambah ke kawasan lindung.
Ayah dari tiga anak itu merupakan seorang advokat di badan urusan adat pemerintah Brasil, FUNAI.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Foto: Timothy A. Clary/Reuters
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menghadapi kritik selama pencarian tersebut. Pemerintahannya disebut memperlambat penyelidikan.
Pada Rabu (15/6/2022), dia kembali mendapatkan kritik berkat komentarnya. Bolsonaro menggambarkan Phillips sebagai sosok yang tidak disukai karena pelaporannya atas wilayah itu. Bolsonaro mengatakan, Phillips seharusnya lebih berhati-hati.
"Orang Inggris itu tidak disukai di kawasan itu, karena dia menulis banyak artikel tentang penambang emas ilegal dan masalah lingkungan," ujar Bolsonaro.
Tentara Brasil dalam operasi pencarian untuk jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar adat Bruno Pereira, yang hilang, di hutan hujan Amazon dekat perbatasan dengan Peru, di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Jumat (10/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
"Semua tanda menunjukkan bahwa jika mereka dibunuh—dan saya harap bukan itu kenyataannya—mereka ada di dalam air, dan di dalam air tidak akan banyak yang tersisa. Saya tidak tahu apakah ada piranha di Javari," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Bolsonaro kemudian menyalahkan para korban atas kejadian yang menimpa mereka. Komentar-komentar tersebut menyulut kecaman dari para kritikus.
"Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi negara dan tidak memberi insentif kepada para penjahat yang menguasai wilayah tersebut," tegas anggota parlemen oposisi, Orlando Silva.
ADVERTISEMENT