Tertendang dari Pemerintahan Naftali Bennett, Yahudi Kolot Israel Kocar-kacir

17 Juni 2021 10:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi umat Yahudi di Israel. Foto: Jalaa Marey/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi umat Yahudi di Israel. Foto: Jalaa Marey/AFP
ADVERTISEMENT
Partai ultra-ortodoks Yahudi selama bertahun-tahun dipandang sebagai king maker di dunia politik Israel.
ADVERTISEMENT
Namun, peran itu kita tak akan melekat lagi. Pemimpin baru Israel Perdana Menteri Naftali Bennett memutuskan mengambil langkah radikal.
Bennett, yang dikenal sebagai tokoh kanan Yahudi, malah menendang dua partai berideologi ultra-ortodoks, Partai Shas dan Partai Persatuan Taurat Yahudi, dari pemerintahannya.
Eks Menteri Pertahanan itu malah membentuk pemerintahan baru yang tak pernah terjadi di Israel.
Ilustrasi umat Yahudi di Israel. Foto: Emmanuel Dunand/AFP
Pemerintahan baru Israel untuk setidaknya dua tahun ke depan akan diisi partai-partai beraliran kanan hingga kiri. Bahkan Bennett mengajak partai bernapaskan Islam ke dalam pemerintahan baru Israel.
Langkah Bennett dicemooh oleh kelompok Yahudi kolot. Ketum Partai Shas, Arye Deri, menyatakan mereka adalah pihak yang tak mau bergabung bersama pemerintahan baru Bennett.
Deri mengatakan, pemerintahan Bennett berlawanan dengan nilai-nilai Yahudi, yang seharusnya dijadikan dasar seluruh Pemerintahan Israel.
Naftali Bennett, yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri Israel bereaksi setelah pemungutan suara untuk koalisi baru di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Minggu (13/6). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
"Mereka akan membuang ke sampah seluruh nilai-nilai suci ribuan tahun yang dipegang masyarakat Yahudi," ucap Deri seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Bennett sontak marah mendengar penyataan Deri. Komentar pedas pun dilontarkan demi merespons ucapan kelompok ultra-ortodoks. Bennett berulang kali mengeklaim sebagai sosok Yahudi taat.
"Anggota parlemen ultra-ortodoks tidak mengajarkan apa itu ajaran Yahudi," kata Bennett.

Kelompok Yahudi Kolot Ketakutan

Ilustrasi umat Yahudi ortodoks di Israel. Foto: Ahmad Gharabli/AFP
Jurnalis dari media ternama Israel Jerusalem Post, Peggy Cider, mengatakan kini posisi kelompok ultra-ortodoks di bawah Bennett masuk pada fase krisis. Sebab, mereka selama satu dekade lebih selalu ada di lingkar kekuasaan.
"Partai ultra-ortodoks sedang mengalami krisis besar," kata Cidor.
"Banyak warga ultra-ortodoks ketakutan dengan pemerintahan baru yang mereka anggap sebagai malapetaka," sambung dia.
Pada pemilu Maret lalu, dua partai ultra-ortodoks berhasil mengamankan 16 dari 120 kursi parlemen. Namun, jumlah kursi tersebut tak mampu menggoda Bennett mengajak mereka ke pemerintahan baru.
Perdana Menteri Israel yang baru Naftali Bennett (kanan) bersalaman dengan Benjamin Netanyahu, di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Minggu (13/6). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Menurut profesor ilmu politik Universitas Bar Ilan, Ilan Greilsammer, kegagalan partai-partai itu masuk pemerintahan baru kini memunculkan kecemasan besar bagi pemilih mereka.
ADVERTISEMENT
Sebab, mereka berpotensi kehilangan dukungan finansial pemerintah ke institusi pendidikan dan sosial kelompok Yahudi kolot.
Avigdor Lieberman Foto: Reuters/Ammar Awad
"Beberapa lembaga bahkan hanya bergantung dari pendanaan (pemerintahan) itu," ucap Greilsammer.
Kecemasan mereka memang sangat mungkin terwujud. Pasalnya, Menkeu baru Israel Avigdor Liebermen adalah sosok dari kelompok sekuler. Liebermen bahkan mengeluarkan pernyataan kontroversial yang terang-terangan menyasar kelompok ultra-ortodoks.
"Kelompok itu bersama Netanyahu harus masuk ke dalam gerobak dan dorong ke tempat sampah," ucap Liebermen.