Testing Rendah Jadi Faktor Kasus COVID-19 RI Turun tapi Kematian Masih Tinggi

6 Agustus 2021 17:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memakamkan jenazah COVID-19 di pemakaman khusus COVID-19 di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/7). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memakamkan jenazah COVID-19 di pemakaman khusus COVID-19 di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/7). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Data laporan kasus konfirmasi harian COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir mulai menunjukkan penurunan. Rekor kasus tertinggi atau puncak terjadi pada 15 Juli lalu sebanyak 56.757 kasus. Terkini, kasus harian mulai menyentuh angka 30 ribuan per hari.
ADVERTISEMENT
Walau ada penurunan, sayangnya hal tersebut berbanding terbalik dengan kasus kematian yang justru masih cukup tinggi. Bahkan pada akhir Juli lalu tercatat rekor kematian sebanyak 2.069 kasus dan sampai data terkini masih di kisaran 1.700-an kasus.
Kondisi ini menurut epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, diakibatkan dari menurunnya testing yang dilakukan.
"Yang terjadi sebetulnya penurunan laporan kasus. Penurunan kasus terjadi karena testing yang tidak memadai tadi. Tes menurun, pasif, sedikit. Nah ini membuat laporan kasusnya menurun," ungkap Dicky dalam Live Corona Update bertajuk 'Tes Lambat, Kapan Corona Tamat?' secara virtual, Jumat (6/8).
Calon penumpang KRL menjalani tes usap (swab) antigen yang digelar PT KCI di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
Ia mencontohkan jika misalnya dengan kematian di atas 1.000, lalu angka reproduksi mencapai 1,1, maka ditemukan bahwa kasus konfirmasi yang ada sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang selama ini dilaporkan. Bahkan bisa saja kasus mencapai sekitar 130 ribu.
ADVERTISEMENT
"[Jumlah] kematian kita sejak PPKM kita rata-rata di atas 1.000 saja dengan rumus sederhana asumsi sedikit, itu saja sudah bisa kita temukan. Misalnya dengan angka reproduksinya 1,1, infection ratio-nya di setengah persen itu kita bisa menemukan bahwa kasus infeksi yang berkontribusi pada kasus kematian itu ada sekitar 130 ribuan infeksi 3 minggu lalu," jelasnya,
Tingginya kasus kematian yang tak berbanding dengan kasus positif harian ini menunjukkan adanya angka testing yang minim. Sehingga, menurut Dicky, data yang ada kini tidak memadai.
"Nah 130 ribuan itu, kan, tidak ditemukan selama ini. Paling tinggi 50 ribuan. Tapi kasus kematian kita selalu di atas 1.000. Artinya kasus infeksi kita bukan di 40-50 ribu, tapi setidaknya 3-4 kali lipat sampai dari yang dilaporkan hingga saat ini. Dan itu terbukti dari angka kematian itu dan bukti dari positivity rate kita tidak memadai," pungkasnya.
ADVERTISEMENT