Texas Ketatkan Aturan Anti-LGBT, Keluarga Transgender Memilih Angkat Kaki

12 April 2022 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi LGBT Foto: REUTERS/Marko Djurica
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi LGBT Foto: REUTERS/Marko Djurica
ADVERTISEMENT
Sejumlah keluarga dengan anak transgender bersiap untuk meninggalkan tempat tinggal mereka di Texas, Amerika Serikat (AS). Keputusan ini diambil akibat kekhawatiran atas kemunculan rentetan RUU anti-LGBT di negara bagian itu sejak tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Texas mempertimbangkan lebih dari 50 RUU yang menargetkan kelompok transgender pada 2021. Satu rancangan itu berhasil mendapatkan tanda tangan Gubernur Texas, Greg Abbott. RUU tersebut melarang siswa transgender berpartisipasi di tim olahraga sekolah yang selaras dengan identitas gender mereka.
Pada Februari 2022, Abbott kembali menetapkan peraturan terkait warga transgender. Peraturan itu mewajibkan layanan kesehatan transisi gender bagi warga di bawah umur untuk dilaporkan kepada pihak berwajib.
Peraturan ini kemudian diikuti oleh putusan Jaksa Agung Texas, Ken Paxton. Ia memutuskan bahwa perawatan medis seperti penghambat pubertas, terapi hormon, dan operasi kelamin permanen bagi anak di bawah umur adalah bentuk penganiayaan anak.
Sebab, Paxton menilai, anak di bawah umur tidak dapat memberikan persetujuan atas perawatan medis semacam itu.
ADVERTISEMENT
"Saya akan melakukan apa pun demi melindungi kaum muda Texas dari pihak yang mengambil keuntungan dan membahayakan mereka," kata Paxton.
Ilustrasi gender biner. Foto: Lim Yong Hian/Getty Images
Para orang tua dan pendukung LGBT Texas mengatakan, mereka kelelahan menghadapi segala upaya pemerintah untuk menyudutkan anak-anak transgender.
Sebagian besar dari mereka lantas mempertimbangkan untuk meninggalkan Texas. Mereka tak ingin terus hidup di tengah kekhawatiran akan berbagai peraturan pemerintah yang memojokkan keluarga mereka sendiri.
Seorang ibu dengan putra transgender berusia 15 tahun, Katie, awalnya tak memiliki rencana untuk pergi. Ia bersikeras untuk menetap dan memperjuangkan hak anaknya di Texas.
Namun, keadaan mulai berubah bagi Katie sejak Februari lalu. Rumah Sakit Anak Texas mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan layanan kesehatan transisi gender untuk anak di bawah umur sehubungan dengan arahan Paxton.
ADVERTISEMENT
Putra Katie pun kehilangan akses program perawatannya selama tiga pekan. Melihat hal tersebut, Katie memutuskan untuk pindah ke Denver segera setelah putranya merampungkan kelas 10.
"Ini benar-benar mengguncang saya. Hal-hal yang tidak pernah Anda pikirkan akan terjadi entah bagaimana adalah kenyataan, dan saya tidak bisa hidup dengan ketidakpastian,” ujar Katie, dikutip dari NBC.
Ilustrasi mainan anak-anak warna-warni atau warna pelangi. Foto: Shutter Stock
Katie mengatakan, sejak keluarganya memutuskan untuk pindah, putranya berusaha untuk tetap positif dalam memandang situasi. Namun, Katie tahu sang anak sebenarnya turut resah.
"Tapi hatinya hancur. Kami meninggalkan Texas untuk sementara waktu. Dengan harapan, pada bulan November, kami akan kembali ke rumah dan itu akan menjadi kepulangan yang menggembirakan,” papar Katie.
Seorang ibu dari anak transgender berusia 15 tahun, Heather Crawford, turut membuat keputusan serupa. Crawford mengatakan, ia berencana untuk memindahkan keluarganya ke Minnesota. Sebab, ia memprediksi, keadaan di Texas akan semakin memburuk pada tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak memiliki keyakinan bahwa ini akan berhenti. Saya tidak bisa meminta anak saya untuk menghabiskan tahun-tahun terakhir masa kecil mereka di tengah keadaan yang ingin mengkriminalisasi keberadaannya," papar Crawford.
Katie dan Heather hanya sebagian kecil dari orang tua yang dengan berat hati harus meninggalkan tempat tinggalnya demi melindungi anak mereka. Keputusan untuk meninggalkan Texas tidaklah mereka buat begitu saja.
Selama berbulan-bulan, mereka memantau perkembangan keadaan di negara bagian mereka. Para orang tua itu kemudian menyaksikan pejabat Texas menjadi semakin berani dalam menargetkan anak-anak mereka. Hingga akhirnya, mereka mengambil keputusan terbaik untuk pergi.
Penulis: Airin Sukono