Tifatul Kritik Integrasi Eijkman ke BRIN: Kecerdasan Kita Dipakai Negara Lain

12 Januari 2022 15:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lembaga Eijkman di Jakarta. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lembaga Eijkman di Jakarta. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Integrasi Eijkman ke BRIN masih disayangkan oleh banyak pihak. Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS, Tifatul Sembiring, menyebut integrasi ini akan berdampak kepada masa depan peneliti di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan tidak mudah untuk menghasilkan peneliti dan biayanya cukup mahal. Padahal, peneliti yang dimiliki Indonesia sudah teruji kecerdasannya dan bahkan dipakai di sejumlah negara.
"Kita mengetahui, dari saya bergaul dengan diaspora itu, luar biasa, loh. Jadi karena kecerdasan kita dipakai negara-negara lain," kata Tifatul dalam RDP Komisi VII dengan BRIN dan PT Bio Farma di Gedung DPR, Senayan, Rabu (12/1).
Tifatul juga mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, yang menyebut penduduk Indonesia cerdas.
"Lee Kuan Yew pernah bilang enggak semua penduduk Singapura cerdas dan pintar. Karena itu ambil otak-otaknya [warga] Indonesia ini. Jadi karena kecerdasan anak bangsa ini, bermanfaat untuk bangsa ini dipakai negara lain, dan jangan heran di 2005 the biggest investor to Indonesia itu Singapura," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Negara penduduk 3 juta dengan ekspatriat 2 juta itu bisa mengangkangi Indonesia yang 200 juta penduduknya," lanjutnya.
Lebih lanjut, Tifatul menyoroti pernyataan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di publik terkait integrasi Eijkman. Ia menegaskan pernyataan yang diungkapkan Laksana bisa menyakiti hati para mantan peneliti Eijkman.
"Manusia ini, kan, bukan mesin. Manusia punya akal, rasa, pikiran, punya keluarga juga. Memang selama ini dia researcher, dibanggakan oleh keluarganya, diteladani oleh anak cucunya [tapi] diperlakukan begitu," pungkasnya.
RDP Komisi VII dengan BRIN dan PT Bio Farma diputuskan ditunda dan digelar kembali pada Senin (18/1) mendatang. Rapat ditunda karena anggota Komisi VII meminta Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, juga dihadirkan dalam rapat.
ADVERTISEMENT