Tim Pakar Corona: Orang RI Tak Takut Risiko Kesehatan, Yakin Dilindungi Tuhan

4 Agustus 2020 10:38 WIB
Ilustrasi positif terkena virus corona.
 Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Anggota Tim Pakar Sosbud Satgas COVID - 19 Meutia Hatta mengungkap kebiasaan orang Indonesia yang membuat pandemi corona belum selesai. Salah satunya karena banyak yang merasa aman dan tak takut tertular.
ADVERTISEMENT
"Orang Indonesia saya amati tidak mudah takut dengan tantangan risiko kesehatan. Mereka berpikir, 'ah itu untuk orang lain bukan untuk saya. Apalagi kalau saya beriman, pasti dilindungi Tuhan'," ungkap Meutia dalam diskusi virtual yang dihelat BNPB, Selasa (4/8).
Namun menurut Meutia, masyarakat Indonesia lupa bahwa Tuhan juga ingin menguji hambaNya. Apakah patuh atau tidak dalam aturan tertentu.
"Ini kan prinsipnya kalau kita patuh kita menolong orang lain agar tidak ketularan. Artinya kita juga beriman kepada Tuhan untuk itu. Ini harus dikembangkan oleh ahli komunikasi dalam membuat iklan yang berbeda," ungkapnya.
Infografik Kejar Target Vaksin Corona di RI. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
Lalu Meutia mencontohkan kebiasaan buruk itu terjadi di Surabaya. Hal ini yang akhirnya membuat Surabaya sempat dicap zona hitam corona.
ADVERTISEMENT
"Kenapa Surabaya tiba-tiba disebut hitam, karena orang-orang berlomba-lomba keluar. Sudah ditahan aparat, tapi masih ngotot," tutur dia.
"Karena ada satu nilai yang lebih tinggi dari kesehatan menurut mereka maka jadi banyak kasusnya. Jadi tidak mau patuh," tutup Meutia.
Hingga Senin (3/8), kasus positif corona di Indonesia sudah tembus 113.134. Sementara pasien sembuh berjumlah 70.237 orang, dan yang meninggal sebanyak 5.302 orang.
Infografik Pertumbuhan Kasus Pekanan Corona RI (27 Juli- 2 Agustus 2020). Foto: Chia Aulia/kumparan