Tim Pakar Satgas COVID-19: 27-28% Kelurahan di RI Tak Patuh Prokes

28 Juli 2021 21:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dewi Nur Aisyah, Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19. Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Dewi Nur Aisyah, Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19. Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengungkap lebih dari 70% desa dan kelurahan di Indonesia memiliki kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak di atas 75%, dalam sepekan terakhir. Sayangnya, masih ada 27-28% kelurahan dan desa yang warganya tidak patuh dalam memakai masker dan menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
“Di pekan terakhir ada 72,71% desa atau kelurahan di Indonesia dengan angka kepatuhan di atas 75% menggunakan masker. Artinya, masih ada PR 27,29% kelurahan/desa yang angka kepatuhannya rendah dan harus kita dorong agar lebih patuh pakai masker,” kata Dewi di YouTube BNPB, Rabu (28/7).
“Untuk jaga jarak 71,51% level nasional di mana kelurahan dan desa yang jaga jarak sudah cukup baik di atas 75%. PR-nya, ada sekitar 28,49% desa/kelurahan dengan kepatuhan yang rendah,” imbuh dia.
Lebih rinci, Dewi membandingkan kepatuhan desa/kelurahan dalam memakai masker dan menjaga jarak sebelum pemberlakuan PPKM Darurat dan setelahnya. Hasilnya, ada peningkatan kurang lebih sampai pekan ke-3 PPKM Jawa-Bali untuk kepatuhan menggunakan masker, sebelumnya 72% jadi 73%, lalu naik ke 74%.
ADVERTISEMENT
“Namun memang pada pekan terakhir terjadi penurunan ke 72,715. Jadi turun sekitar 2% kurang untuk masker. Sementara kepatuhan jaga jarak cukup luas 73,88% kemudian sempat turun ke 71,63, naik ke 72,18% sekarang turun lagi ke 71,51%. Nah, memang ini agak fluktuatif kalau level nasional [karena bukan Jawa-Bali saja],” terang dia.
Penumpang mengenakan masker di dalam angkutan Jak Lingko di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (22/7/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Dewi melanjutkan, ketidakpatuhan memakai masker dan jaga jarak paling banyak ditemukan di warung makan atau kedai serta pemukiman di jalan-jalan perkampungan. Selanjutnya yakni tempat olahraga publik dan pasar.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan 1 bulan terakhir semenjak penerapan PPKM Darurat 3-20 Juli 2021, memang kepatuhan jaga jarak dan memakai masker di Jawa-Bali lebih tinggi dari pulau-pulau lain.
Berikut pulau di luar Jawa-Bali yang memiliki desa dan kelurahan tertinggi, dengan tingkat kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak yang rendah per 19-25 Juli:
ADVERTISEMENT
Berikut provinsi di luar Jawa-Bali yang memiliki desa dan kelurahan tertinggi, dengan tingkat kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak yang rendah per 19-25 Juli:
“Jadi pekan terakhir ini terjadi perluasan daerah. Ada 18 provinsi dengan perluasan kelurahan/desa dengan kepatuhan yang rendah pakai masker. Jaga jarak ternyata sama, ada perluasan wilayah yang semakin tidak patuh,” papar Dewi.
ADVERTISEMENT
Dewi menerangkan, sebelum dan 3 pekan pelaksanaan PPKM sejak tanggal 3 Juli, di Jawa-Bali hampir semua grafiknya turun. Artinya, wilayah cakupan kelurahan dan desa yang tidak patuh memakai masker dan menjaga jarak semakin berkurang, serta semakin baik.
“Tetapi ada 1 provinsi yang ternyata di pekan terakhir naik, padahal 2 pekan pertama sudah sempat turun bagus, kemudian pekan terkahir agak naik, yaitu Banten. Kita lihat kalau menggunakan masker paling tinggi kelurahan/desa yang tidak patuh di Banten 31,76% untuk Jawa-Bali,” lanjut dia.
Kemudian di Pulau Kalimantan dan Nusa Tenggara yang paling tidak patuh pada pekan terakhir yakni Kalimantan Barat, disusul Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua, yang paling tinggi yakni Maluku Utara, Papua barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Sumatera, yang desa/kelurahannya paling tidak patuh memakai masker yakni Bengkulu, Jambi, Lampung, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
“Nah, kalau masker tadi kan di Banten, ternyata kalau jaga jarak di Jawa-Bali, DKI yang masih punya tantangan. Paling tinggi DKI, jaga jaraknya 49% kelurahan di sana kepatuhannya masih rendah. Karena kepadatan penduduk juga berpengaruh. Tapi DKI secara konsisten dia turun, tapi untuk angkanya memang masih paling tinggi di DKI untuk kepatuhan yang jaga jaraknya cukup rendah,” terang Dewi.