Tim Pakar Ungkap Kebiasaan Buruk Orang RI yang Bikin Kematian Corona Tinggi

5 Agustus 2020 14:00 WIB
Ilustrasi positif terkena virus corona.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Anggota tim pakar Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan penyebab yang membuat kematian corona di Indonesia masih tinggi. Salah satunya karena faktor kebiasaan buruk sebagian besar masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kebiasaan orang Indonesia adalah pergi berobat ketika kondisinya sudah buruk. Mungkin ketika gejala ringan, nggak papalah nanti juga sembuh sendiri. Terus beli obat warung," kata Dewi dalam diskusi virtual di BNPB, Rabu (5/8).
Hal ini yang membuat penanganan pasien corona di rumah sakit menjadi terlambat. Apalagi, jika dalam kondisi rumah sakit penuh.
"Jadi kebanyakan pasien di rumah sakit saat pertama ditemui sudah dalam kondisi buruk. Nah apalagi saat tiba di rumah sakit dalam kondisi penuh atau banyak yang datang ke sana, pasti sulit kan mana yang terlebih dahulu diprioritaskan," ungkap dia.
Pemakaman khusus kasus COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
"Jadi mungkin potensi penyebab kematian yaitu penanganan terlambat karena pasien juga datang dalam kondisi lebih buruk dari awal. Itu potensi yang pertama," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Indonesia secara epidemiologi terkategori memiliki beban dua. Yang pertama, masih banyak penyakit menular (COVID-19) dan juga penyakit tidak menular seperti hipertensi, gula, jantung, dan sebagainya.
"Ketika bebannya banyak penyakit tidak menular, terus ada yang punya penyakit menular terus kena Covid, ini juga yang menyebabkan angka kematian tinggi," tutur dia.
Hingga kemarin, Selasa (4/8) tercatat sudah ada 5.388 kasus positif corona yang meninggal, atau 4,7 persen. Masih di atas angka global yakni 3,7 persen.