Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona Prof Kusnandi Rusmil

Tim Riset Unpad Tegaskan ADE Tak Ada di Vaksin Corona, Sudah Diuji Negara Lain

21 Oktober 2020 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Corona Sinovac di Indonesia, Prof Kusnandi Rusmil, kembali menegaskan tidak ada fenomena antibody-dependend enhacemen (ADE) dalam vaksin corona. Guru besar FK Unpad itu memastikan sejauh ini ADE hanya pernah terjadi di kasus demam berdarah.
ADVERTISEMENT
ADE adalah fenomena reaksi ketika pemberian antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi tidak efektif dan malah memperkuat infeksi sehingga muncul suatu kejadian imunopatologis berat.
Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona Prof Kusnandi Rusmil. Foto: Dok. Istimewa
"Fenomena ADE adalah fenomena yang terjadi kalau kuman penyakitnya itu mempunyai antigen lebih dari satu. Kan kalau dari virus COVID-19 ini antigennya satu. Dan ADE ini hanya terjadi pada waktu itu di virus demam berdarah," ujar Kusnandi dalam diskusi virtual, Rabu (21/10).
Kusnandi menekankan, penelitian antigen vaksin corona sudah dicoba dalam uji praklinik. Hasilnya, tim tidak menemukan efek ADE tersebut.
"Yang terjadi ADE itu adalah di virus demam berdarah dan itu cuma perhitungan secara statistik sebetulnya," tutur Kusnandi.
Saat ini, vaksin Sinovac telah menjalani uji klinis tahap 3 di Indonesia dan sejumlah negara. Menurut Kusnandi, dari laporan yang ia terima, belum ada negara melaporkan fenomena ADE dalam vaksin yang diuji coba.
ADVERTISEMENT
"Dari pengalaman uji klinis yang ada, Brasil sudah ada 9 ribu subjek yang dilakukan uji klinis, UEA 31.500 subjek, Indonesia 1620 subjek, sampai sekarang belum terjadi ADE. Dari laporan yang ada, belum terjadi ADE," imbuh Kusnandi.
Tim Inspektur Badan POM melakukan inspeksi pelaksanaan uji klinik vaksin Sinovac di Puskemas Garuda dan Puskesmas Dago, Bandung, Jumat (16/10). Foto: BPOM
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Sebelumnya, Kusnandi menyebut, fenomena ADE pada kasus MERS, SARS, Ebola, dan HIV, hanya ditemukan in silico (simulasi komputer) dan in vitro (percobaan di cawan petri laboratorium). Fenomena ini tidak tergambarkan pada tubuh manusia.
Sejauh ini, kata Kusnandi, efek samping vaksin Sinovac hanya bersifat ringan dan wajar. Dari 1.620 relawan, 1.074 di antaranya sudah menjalani vaksinasi dua kali.
"Dan sampai sekarang enggak ada yang mengeluh hebat, jadi semuanya seperti biasa, seperti kita melakukan penyuntikan pada anak, [efeknya] demam, merah-merah sedikit, ya, wajar," kata Kusnandi.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten