Tingkat Keterisian Ruang Isolasi dan ICU Corona Naik Selama Agustus-September

3 September 2020 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja membersihkan ranjang pasien di salah satu ruang isolasi di RS Jiwa Menur, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/3/ Foto: ANTARA FOTO/Moch Asim
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membersihkan ranjang pasien di salah satu ruang isolasi di RS Jiwa Menur, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/3/ Foto: ANTARA FOTO/Moch Asim
ADVERTISEMENT
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, mengungkapkan ada peningkatan keterpakaian tempat tidur (bed occupancy rate) isolasi selama Agustus-September dibandingkan Juli. Prof Wiku mengatakan, persentase keterisian ruang isolasi paling tinggi ada di Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
"Persentase keterpakaian ICU dengan pasien dirawat per provinsi paling banyak ada di DKI, NTB, Papua, dan Kalimantan Selatan," kata Prof Wiku dalam keterangannya, Kamis (3/9).
Untuk meningkatkan kapasitas ruang rawat, Satgas Penanganan COVID-19 berkoordinasi dengan Kemenkes dan PERSI agar sama-sama meningkatkan kemampuan rumah sakit, khususnya tempat tidur, ruang isolasi, dan ICU dengan melakukan redistribusi pasien agar seluruh rumah sakit rujukan yang ada di wilayah tersebut tidak melebihi 60 persen.
Waskita Karya bangun RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran. Foto: Dok. Waskita Karya
"Untuk kasus ringan-sedang dapat dipindahkan ke karantina terpusat seperti Wisma Atlet untuk di DKI. Beban kerja bagi tenaga kesehatan kembali perlu dirasionalisasi agar tidak terjadi kelelahan dari tenaga kesehatan di rumah sakit," tuturnya.
Selain itu, pemerintah juga akan membatasi jam kerja dan memberikan suplemen kepada dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya di fasilitas kesehatan untuk menjaga imunitas dan kesehatan mereka. Apalagi pasti ada tenaga kesehatan yang punya komorbid, sehingga disarankan untuk tidak kontak langsung dengan pasien.
ADVERTISEMENT
"Manfaatkan konsultasi dengan telemedicine atau kerja dengan tim sehingga bisa ditangani sama-sama agar bisa dibagi bebannya, dan tak membahayakan kesehatan dan keselamatan," ujarnya.
Seorang dokter mengoperasikan alat bantu pernafasan di ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Prof Wiku mengatakan pihaknya bersama Kemenkes dan PERSI akan terus mendorong agar redistribusi beban penyiapan fasilitas tempat tidur dari rumah sakit rujukan bisa ditangani.
"Saat yang sama, kita harus pastikan masyarakat terapkan protokol agar tak sakit dan tak membebani layanan kesehatan yang ada. Karena jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan jumlahnya terbatas," pungkasnya.