Tito Minta Bali Tingkatkan Testing dan Isoter: Ada Ancaman Badai Sitokin

12 Agustus 2021 17:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Mendagri Tito Karnavian menyoroti tingkat testing dan isolasi terpusat di Bali yang masih rendah. Di sisi lain, kasus harian dan kematian akibat COVID-19 masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Tito Karnavian meminta Pemprov Bali untuk meningkatkan tindakan testing dan isolasi terpusat.
"Untuk testing dan isolasi terpusat yang perlu diperbanyak, di kabupaten/kota, kecamatan dan tingkat desa," kata Tito saat saat memantau lokasi isolasi pasien COVID-19 di Hotel Werdapura, Kamis (12/8).
Tito menuturkan, pasien COVID-19 yang tidak cepat ditangani berisiko mengalami komplikasi berupa badai sitokin. Kondisi ini membuat sel imun tubuh menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat sehingga menyebabkan peradangan.
"Kalau masuk badai sitokin itu jarang yang selamat ini harus kita tangani jangan sampai badai sitokin, itu gunanya testing," kata Tito.
Eks Kapolda Metro Jaya itu menuturkan, badai sitokin juga menyebabkan risiko kematian tinggi.
"Jadi kematian bisa terjadi karena ga punya akses ke perawatan atau terlambat untuk dirawat. Mungkin testing jadi concern," ucap Tito.
Keluarga Malanua di RSUP Sanglah, Bali, Senin (24/5). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Dalam meminimalisir penanganan terlambat, Tito mengimbau seluruh kepala daerah kabupaten/kota berusaha mendirikan laboratorium untuk PCR.
ADVERTISEMENT
"Saya lihat ini di Bali dan juga mengimbau seluruh Indonesia seluruh kab/kota upayakan memiliki lab PCR dalam situasi seperti ini, dan itu tidak mahal," ucap eks Kapolri itu.
Sebelumnya, rendahnya tingkat testing, tracing dan isoter di Bali juga sempat disoroti Ketua IDI Bali Gede Putra Suteja. Ia menyatakan, rata-rata kasus harian mencapai 1.000 kasus lebih.
Sementara tingkat tracing terhadap satu pasien COVID-19 di hanya 3 sampai 5 orang.
"Data-data (kasus corona) meningkat, kenapa meningkat karena tracingnya kecil, tracingnya rendah, kasus aktifnya 19 ribu, 1 pasien tracingnya 3 sampai 5 orang padahal standar WHO kan 1:25 persen," kata Suteja.
Pemprov Bali biasanya rutin merilis data pasien yang sedang menjalani isoter dan isoman. Tapi tiga hari belakangan tak tak pernah diungkap.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (8/8) kemarin ada 13.082 pasien COVID-19 dirawat di Bali. Sebagian besar atau 9.025 orang atau 68,99 persen dirawat secara isoman.
Sebanyak 2.156 orang atau 16,48 persen dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19. Sebanyak 1.901 orang atau 14,53 persen dirawat di tempat isolasi terpusat.