Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Tolak Lawatan Presiden Jerman, Ukraina Minta Kanselir Olaf Scholz Datang
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Oleksiy Arestovych, mengungkap hal tersebut. Arestovych menerangkan, Kiev tidak bermaksud untuk menyinggung Berlin.
Pasalnya, sebagian besar peran presiden Jerman bersifat seremonial. Sementara itu, kanselir mengepalai pemerintahan.
Ukraina menegaskan, pihaknya membutuhkan bantuan konkret dengan segera. Kiev lantas meminta Scholz untuk berkunjung dan berjanji akan mengirim senjata tambahan.
"Saya pikir argumen utamanya berbeda – presiden kami mengharapkan kanselir agar ia [Scholz] dapat mengambil keputusan praktis langsung, termasuk pengiriman senjata," jelas Arestovych.
Arestovych menambahkan, nasib masyarakatnya bergantung pada bantuan persenjataan Jerman. Arestovych kemudian menggarisbawahi bencana kemanusiaan di Mariupol dan wilayah lain di Ukraina timur. Menurut Arestovych, waktu telah menjadi faktor krusial dalam penyelamatan warga sipil.
"Setiap menit tank tidak datang, anak-anak kita yang sekarat, diperkosa, dibunuh," kata Arestovych.
ADVERTISEMENT
Steinmeier mengungkap pada Selasa (14/3), ia telah menawarkan untuk mengunjungi Ukraina. Tetapi, Kiev mengatakan, kunjungan itu ‘tidak diinginkan.
Pada mulanya, Steinmeier berencana melawat bersama para pemimpin Uni Eropa lainnya. Kini, Presiden Estonia, Latvia, Lithuania dan Polandia sedang melangsungkan perjalanan ke Ukraina. Steinmeier yang tertinggal sendirian pun menuai berbagai reaksi.
Sebagian mengira, Steinmeier tidak diterima sebab menjalin hubungan erat dengan Rusia. Selama bertahun-tahun, ia mempromosikan kebijakan-kebijakan yang ramah terhadap Kremlin.
Steinmeier juga mendukung proyek pipa gas alam Jerman-Rusia, Nord Stream 2. Namun, mantan menteri luar negeri itu kemudian meminta maaf atas sikapnya.
Scholz juga menghadapi tekanan serupa dari dalam negeri. Ia didesak agar meningkatkan dukungan bagi Ukraina. Kanselir itu awalnya memberikan tanggapan serius terhadap serangan Kremlin.
ADVERTISEMENT
Scholz menjanjikan perubahan dramatis dalam pertahanan Jerman. Ia turut menyinggung kebijakan luar negeri, seperti peningkatan dalam pengeluaran militer.
Kendati demikian, Scholz terus menolak seruan pemimpin Uni Eropa lain untuk mengunjungi Kiev. Scholz juga enggan mengirim senjata berat ke Ukraina.
Hingga kini, Jerman hanya menyumbang senjata pertahanan untuk Kiev. Peralatan itu meliputi senjata anti-tank, peluncur rudal, dan rudal darat ke udara.
Langkah itu mempertajam ketegangan dalam pemerintahan Scholz. Para menteri dari Partai Hijau pun kerap mendesak pengiriman senjata tambahan.