TPN: Mirage Gratis Ditolak Juwono 15 Tahun Lalu, Kenapa Prabowo Beli Bekas?

8 Januari 2024 16:57 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto, mempertanyakan keputusan Capres 02 Prabowo Subianto terkait pembelian Mirage 2000-5 dari Qatar--yang kemudian ditunda. Padahal pada 2009 pernah diberikan gratis (hibah) tapi ditolak eks Menhan Juwono Sudarsono.
ADVERTISEMENT
"Teknologi usang ini kami pentingkan untuk dimunculkan Mas Ganjar benar-benar bertanya tentang itu, terutama tentang (pesawat) Mirage," kata Andi di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Gondangdia, Senin (8/1).
"Karena pertanyaan Mas Ganjar ke kami sederhana saja, mengapa sesuatu yang 15 tahun ditolak Menteri Pertahanan Juwono Sudarsoso, dihibahkan Mirage itu tidak mau, sekarang malah beli dalam kondisi bekas yang jauh lebih tua," imbuh dia.
Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyampaikan pendapat saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Andi melanjutkan, pembelian alutsista tersebut punya banyak nilai minus. Di antaranya yakni ketinggalan zaman.
"Mirage itu generasi IV, yang kita harus cari adalah pesawat generasi IV setengah atau generasi V. Kalau pesawat IV setengah yang kita cari itu minimal F-16 Viper atau Block 72, kalau bisa langsung ke F22 atau F35 kalau pakai Lockheed Martin. Atau langsung meningkat ke Sukhoi 57 kalau pakai misalnya Rusia, itu yang harus kita kejar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Begitu diangkat di pesawat di AU, begitu pesawat tempurnya itu ketinggalan satu generasi, nyaris mustahil untuk menang Dock 5, nyaris mustahil," tambah dia.
Alasan selanjutnya, perawatan pesawat tersebut akan sulit karena sudah tidak diproduksi produsennya.
Pesawat jet tempur Mirage 2000-5 lepas landas di pangkalan militer udara 126 - pangkalan Capitaine Preziosi alias Solenzara, di Ventiseri, di pulau Mediterania Prancis Corsica, untuk misi di Libya pada 24 Maret 2011. Foto: Stephan Agostini / AFP
"Mirage 2000 yang akan dibeli bekas dari Qatar itu sudah tidak diproduksi oleh produsennya di Perancis. Begitu Mirage 2000 tidak diproduksi oleh produsennya di Perancis, akan ada kesulitan untuk melakukan life cycle-nya, untuk melakukan daur hidupnya, untuk melakukan upgradenya, karena sudah tidak lagi diproduksi," tuturnya.
"Ini yang memproduksi sama dengan yang memproduksi Rafale, sama dengan yang memproduksi Falcon, pesawat bisnis jet VIP yang dibeli di masa Pak Prabowo, Dassault. Dassaultnya sendiri sudah berhenti memproduksi Mirage, tidak akan memproduksi yang baru, bahkan Rafale dia tidak akan memproduksi yang baru, naik ke generasi V," lanjut dia.
ADVERTISEMENT

Sorot Kecelakaan Alutsista Masih Kerap Terjadi

Andi khawatir kesulitan perawatan ini akan berdampak pada keamanan operasi alutsista. Ia menyorot kecelakaan alutsista yang masih kerap terjadi.
"Ada data yang kami sampaikan, tidak sempat muncul di debat, menunjukkan tren kecelakaan alutsista kita masih terus terjadi. Kami punya kecelakaan alutsista dari tahun 1945 sampai sekarang," ujarnya.
"Sebagian besar kecelakaan alutsista, terutama terkait Angkatan Udara, yaitu menujukkan kita punya PR yang besar untuk perawatan ketika nanti pendekatan yang disebut daur hidup. Jadi seperti teman-teman beli mobil, nanti pusingnya bukan saat belinya, pusingnya saat nyicilnya dan servicenya, sama alutsista juga seperti itu," pungkas dia.