Tsamara Minta RI Belajar ke New York Hadapi Corona: Tes Massal dan Lockdown

26 Maret 2020 19:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kutua DPP PSI, Tsamara Amany. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kutua DPP PSI, Tsamara Amany. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua DPP PSI Tsamara Amany mengatakan Indonesia perlu belajar dari New York, AS, dalam menangani wabah virus corona. Menurutnya, Indonesia dan AS memiliki kesamaan yaitu kota pusatnya, Jakarta dan New York, menjadi episenter wabah corona.
ADVERTISEMENT
Tsamara yang 2 bulan terakhir di News York, berpendapat AS memiliki beberapa langkah penanganan yang baik yang bisa dicontoh Indonesia. Di antaranya kecepatan peningkatan tes, ide solutif untuk pemulihan ekonomi, serta fasilitas kesehatan yang cukup.
“10 hari lalu, New York masih mengetes hanya 1.000 orang per hari. Sekarang mereka sudah berhasil mengetes 16 ribu orang per hari. Lihat bagaimana cepatnya mereka beradaptasi dengan situasi ini,” kata Tsamara dalam keterangannya, Kamis (26/3).
Antrean warga saat berbelanja di New York, Amerika Serikat saat kota tersebut sedang lockdown. Foto: REUTERS / Eduardo Munoz
Tsamara menilai kecepatan itu perlu ditiru Indonesia dalam penanganan corona. Dengan tes yang maksimal, upaya tracing dan potensi memutus rantai penyebaran jadi semakin besar.
“Jadi kalau misalnya sekarang kita masih tesnya beberapa ribu misalnya, kita harus meningkatkannya menjadi belasan ribu per hari,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, New York juga perlu dicontoh karena berani menetapkan lockdown pada 22 Maret. Namun lockdown dengan beberapa catatan.
"Skala lockdownnya tentu tidak total lockdown seperti di Italia atau Wuhan China, tapi hanya pekerja esensial saja yang bisa pergi bekerja di New York. Pekerja esensial itu seperti apotek, supermarket, dan restoran, masih bisa buka walaupun hanya sekadar take out atau delivery," ucapnya.
"Selain itu semua sudah tutup, teater tutup, bioskop tutup, sekolah tutup, universitas tutup, bahkan kita juga tidak boleh kumpul-kumpul lagi di pub," imbuh Tsamara.
Tsamara meminta pemerintah mulai memikirkan upaya-upaya pemulihan ekonomi. Sebab, kata dia, kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
ADVERTISEMENT
“Tentu kita enggak bisa begini terus. Dunia tidak mungkin berhenti terus, orang tinggal di rumah, semua orang itu butuh bekerja,” tegasnya.
Tanda tutup di sebuah toko ketika wabah corona melanda di New York. Foto: Jeenah Moon
Menurutnya, hal itu setidaknya saat ini mulai dipikirkan pemerintah New York. Yaitu lewat kerja saintis, riset oleh para ahli. Tsamara menjelaskan, para ahli itu mulai menjajaki penjajakan antibodi masyarakat untuk menemukan orang-orang dengan antibodi dan sistem imun yang kebal terhadap corona.
“Jadi para saintis ini mencoba untuk melakukan antibodi test, mengetes antibodi seseorang dan melihat apakah seseorang itu sudah pernah kena virus corona. Jika orang tersebut sudah pernah kena virus korona, dan mampu menyembuhkan dirinya secara sendiri,” jelasnya.
“Jika nanti ditemukan, betul ada orang orang yang antibodinya bisa mengalahkan dan betul tubuhnya imun terhadap virus corona, kita bisa mengembalikan orang tersebut ke perkantoran lagi dan mulai bekerja lagi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Tsamara juga menilai upaya pemerintah Amerika dalam melengkapi kapasitas fasilitas kesehatan sudah sangat baik. Banyak kampus-kampus dimanfaatkan menjadi rumah sakit guna menampung seluruh pasien corona.
Menurut Tsamara, langkah itu juga harus diambil Indonesia. Ia mengapresiasi pemerintah telah mengambil beberapa langkah awal, seperti penggunaan Wisma Atlet dan penggunaan hotel untuk para tenaga medis.
“Saya kira mungkin ini bisa menjadi ide yang menarik, bagaimana universitas-universitas yang sekarang sudah libur dipakai untuk sementara untuk rumah sakit tempat para pasien COVID-19,” pungkasnya.