Ucapan Kontroversial PM Baru Israel soal Palestina

14 Juni 2021 11:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naftali Bennett. Foto: Yonatan Sindel/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Naftali Bennett. Foto: Yonatan Sindel/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Pertahanan Israel, Naftali Bennett, resmi menggantikan posisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Bennett juga merupakan pemimpin dari Yamina, aliansi partai-partai sayap kanan Israel yang juga ultra-nasionalis.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Bennett didukung oleh pemimpin Partai Yesh Atid, Yair Lapid, untuk menggantikan Netanyahu. Yesh Atid merupakan penantang utama Partai Likud yang mendukung Netanyahu.
Sepanjang kariernya sebagai politikus yang pernah menduduki jabatan tertinggi di sejumlah kementerian, Bennett seringkali melontarkan tanggapan yang kontroversial.
Tak sedikit yang menyebut miliuner pembenci Palestina ini sebagai provokator sayap kanan.

Membunuh Tahanan Palestina

Dikutip dari Huff Post, Bennett pada tahun 2013 menyatakan dukungannya untuk membunuh tahanan Palestina daripada membawa mereka ke pengadilan.
“Jika Anda menangkap teroris, Anda harus membunuh mereka,” kata Bennett yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Tenaga Kerja.
Kutipan tersebut kemudian menjadi kontroversi setelah muncul di sebuah surat kabar Israel.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah ucapannya beredar, Penasihat Keamanan Nasional Israel, Ya'akov Amidror, menegaskan bahwa hal tersebut dilarang. Bennett justru menjawab dengan ucapan lainnya yang tak kalah kontroversial.
Kemudian di tahun 2015, dalam wawancara eksklusif bersama DW, Bennett mengungkapkan akan melakukan pembelaan diri jika nyawa diri dan keluarganya terancam.
"Ketika ratusan Muslim--teroris Islam radikal, keluar untuk membunuh saya dan keluarga saya, ya, saya akan membela diri,” jelasnya.
Perdana Menteri Israel yang baru Naftali Bennett (kanan) bersalaman dengan Benjamin Netanyahu, di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Minggu (13/6). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS

Bennet Sosok Religius Yahudi Ortodoks

Dikutip dari NPR, Bennett pada tahun 2016 juga pernah berkomentar mengenai wilayah Tepi Barat dengan menyebutnya menggunakan istilah Alkitab, yaitu Yudea dan Samaria.
“Saya menentang pembentukan negara Palestina kedua di apa yang Anda sebut Tepi Barat. Yudea dan Samaria telah menjadi negara Yahudi selama kira-kira 3.300 tahun, jauh sebelum, Anda tahu, orang Amerika pertama mencapai benua baru. Dan kita akan pergi untuk tinggal di sini selamanya,” ucapnya.
Sejumlah pria Yahudi ultra-Ortodoks mendorong troli belanjaan selama lockdown di Israel. Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Bennett juga menjelaskan pandangannya soal Temple Mount, atau Bukit Bait Suci, yang berlokasi di Kota Tua Yerusalem. Sebagai penganut Yahudi Ortodoks, ia menegaskan bahwa lokasi tersebut adalah tempat tersuci umat Yahudi.
ADVERTISEMENT
Lokasi yang juga tempat berdirinya Kompleks Masjid Al-Aqsa ini juga disebut sebagai tempat tersuci ketiga bagi umat Islam (Al-Haram as-Syarif), setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Makkah dan Madinah.
Sebagai politikus yang secara gamblang menyatakan dirinya adalah sosok religius, Bennett mengutarakan bahwa saudara sekeyakinannya mengalami diskriminasi karena tidak dapat beribadah di Temple Mount.
"Dan kami perlu menghormati hak satu sama lain, kebebasan beragama. Hari ini, dalam arti tertentu, orang-orang Yahudi didiskriminasi di Temple Mount. Saya tidak menyarankan untuk mengubah status quo hari ini," tegas Bennett.
Status quo yang ia maksud adalah perjanjian para umat beragama di Kompleks Masjid Al-Aqsa bahwa hanya Muslim yang bisa beribadah di lokasi tersebut.
Dikutip dari Aljazeera, orang non-Muslim bisa mengunjungi tempat suci tersebut, tetapi tidak beribadah. Itu tercantum dalam status quo tahun 1967 dan ditegaskan kembali oleh Netanyahu pada 2015.
Keamanan Israel berdiri dalam posisi selama bentrokan dengan orang-orang Palestina di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5). Foto: Ammar Awad/REUTERS
"Di dunia yang sempurna, akan ada kebebasan beragama dan kebebasan bagi semua agama untuk menjalankan agamanya di mana saja,” jelas Bennett dikutip dari The Times of Israel pada 2016 silam.
ADVERTISEMENT

Pernyataan tentang Orang Arab

Bella Hadid saat Ikut Aksi Bela Palestina di Jalanan New York Foto: Instagram @mohamedhadid
Kemudian di tahun 2018, ketika diwawancara oleh Army Radio, Bennett menerima pertanyaan: Apa yang akan ia lakukan jika pada saat itu ia adalah Menteri Pertahanan? Bennett menjawab dengan gaya yang khas, yakni mengundang kontroversi.
"Saya tidak akan memberikan satu sentimeter lagi kepada orang-orang Arab. Kita harus membuang gagasan bahwa jika kita memberi mereka lebih banyak wilayah, dunia akan mencintai kita,” jawab Bennett.
Kini, semakin banyak tokoh masyarakat dan selebritas yang dengan gencar menyuarakan kemerdekaan Palestina.
Salah satunya adalah model berkebangsaan Palestina-Belanda, Bella Hadid. Atas dukungannya terhadap Palestina, Hadid mendapatkan panggilan sarkasme dari Bennett yaitu "Para 'filsuf hebat' di zaman kita” melalui akun Youtube-nya pada 20 Mei 2021.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: