UEA Diminta Israel Bantu Bayar Gaji WN Palestina, MBZ: Minta Saja ke Zelensky

9 Januari 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan saat pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).  Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan saat pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Zayed (MBZ), telah menolak permintaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu supaya membayar 'tunjangan pengangguran' untuk pekerja Palestina yang tidak bisa kembali bekerja di Israel sejak peristiwa 7 Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Times of Israel, sumber-sumber pemerintah Israel dan UEA mengatakan, permintaan uang tersebut disampaikan langsung oleh Netanyahu kepada MBZ.
Namun, MBZ dilaporkan menolak secara mentah-mentah permintaan Netanyahu dan memberikan jawaban sarkas — justru menyinggung nama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Minta saja uang kepada Zelensky," kata MBZ kepada Netanyahu, sebagaimana diungkap sumber-sumber yang mengetahui percakapan itu kepada media berbasis di Amerika Serikat, Axios.
Alasan MBZ menjawab demikian disinyalir lantaran Zelensky selama dua tahun terakhir sudah menerima banyak bantuan finansial dari negara Barat — terutama AS, sejak perang dengan Rusia pecah pada Februari 2022. Zelensky pun secara eksplisit menyuarakan dukungan solidaritas terhadap Israel untuk melawan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Abir SULTAN / POOL / AFP
Selain itu, jawaban seloroh MBZ juga dipandang sebagai penegasan kembali posisi banyak negara Arab yang enggan berpartisipasi dalam pembangunan Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
"Gagasan bahwa negara-negara Arab akan datang untuk membangun kembali dan membayar tagihan atas apa yang saat ini terjadi adalah angan-angan belaka," kata seorang pejabat UEA kepada Axios.
Seorang sumber yang mengetahui isu ini juga menambahkan, MBZ kaget Netanyahu mengira UEA akan bersedia 'bertanggung jawab' atas masalah yang ditimbulkan oleh Israel itu sendiri.
"MBZ tidak percaya Netanyahu mengira UEA akan bersedia membayar untuk masalah yang tercipta karena keputusan Israel untuk tidak mengizinkan para pekerja tersebut masuk," jelasnya.
Pekerja Palestina, yang berada di Israel selama serangan Hamas 7 Oktober, tiba di perbatasan Rafah setelah dikirim kembali oleh Israel ke jalur tersebut, di Jalur Gaza selatan, Jumat (3/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Adapun sebelum Hamas meluncurkan serangan bersejarah ke Israel dan agresi besar-besaran di Jalur Gaza terjadi, sekitar 150 ribu orang Palestina dari Tepi Barat memiliki izin memasuki wilayah zionis dan bekerja di sana.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah pertempuran pecah situasi pun berubah. Zionis tak lagi mengizinkan warga Palestina memasuki wilayah mereka meski untuk bekerja — meski bukan lagi rahasia umum bahwa Israel telah tertekan secara ekonomi untuk membiayai negaranya akibat perang.
Oleh karena itu, saat ini Netanyahu sedang berupaya mencari dana bantuan tambahan dari negara-negara lain supaya bisa membayar 'tunjangan pengangguran' bagi pekerja Palestina yang tidak boleh kembali bekerja di Israel.