Ukraina Selidiki Dugaan Penggunaan Vaksin Corona Ilegal

7 Januari 2021 3:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona.
 Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Polisi Ukraina dan otoritas kesehatan setempat sedang menyelidiki laporan terkait adanya beberapa warga yang telah diinokulasi secara ilegal dengan vaksin yang notabenenya belum disetujui secara resmi. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmygal pada Rabu (6/1).
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Ukraina yang telah mencatat lebih dari 1 juta infeksi akibat COVID-19 dan 19.357 kematian sejauh ini, belum menyetujui salah satu vaksin yang statusnya kini tengah dikembangkan. Meski begitu, pemerintah sebelumnya pada bulan Desember lalu telah menandatangani kontrak untuk membeli sebanyak 1,9 juta dosis vaksin Sinovac China dan diharapkan vaksin itu akan segera dikirimkan.
Beberapa media Ukraina juga melaporkan pada Rabu (6/1) bahwa sebuah klinik di Kyiv telah mulai menginokulasi orang. Penyuntikan tersebut diduga dilakukan dengan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, dengan biaya yang dipatok hingga 3.000 euro per dosis.
Vaksin corona dari BioNTech dan Pfizer digambarkan dalam foto selebaran. Foto: BioNTech SE 2020/via REUTERS
Sejumlah laporan mengatakan vaksin itu Kemungkinan dibawa dari Israel dan beberapa pejabat tinggi serta pengusaha telah memperoleh vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada vaksin yang saat ini disertifikasi di Ukraina. Dan saya yakin tidak ada orang rasional yang akan divaksinasi dengan obat-obatan yang tidak diketahui asalnya," kata Shmygal seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/1).
Shmygal sebelumnya telah memastikan bahwa vaksin asal China diperkirakan tiba di Ukraina pada Februari 2021.
Selain Sinovac, pada bulan Maret mendatang Ukraina juga akan kedatangan batch pertama dari delapan juta dosis vaksin COVAX global, yang disiapkan untuk menyediakan vaksin ke negara-negara miskin.
Suster panti jompo berusia 39 tahun, Sanna Elkadiri menerima vaksin Pfizer / BioNTech pertama di Belanda di Veghel, Belanda, Rabu (6/1). Foto: Piroschka van de Wouw/Pool/REUTERS
Sebuah perusahaan farmasi Ukraina yang didukung oleh tokoh oposisi terkemuka yang condong ke Rusia mengatakan bahwa minggu ini telah mengajukan permohonan persetujuan negara untuk membuat vaksin Sputnik V COVID-19 Rusia.
Infeksi virus corona di Ukraina mulai meningkat lagi pada bulan September dan tetap tinggi secara konsisten sejak saat itu, memicu beberapa penguncian nasional.
ADVERTISEMENT