Ukraina Tolak Kunjungan Presiden Jerman dan Sejumlah Pemimpin Uni Eropa

13 April 2022 11:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier. Foto: AFP/WOJTEK RADWANSKI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier. Foto: AFP/WOJTEK RADWANSKI
ADVERTISEMENT
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menawarkan untuk mengunjungi Ukraina bersama para pemimpin Uni Eropa lainnya. Namun, Kiev menolak kunjungan tersebut.
ADVERTISEMENT
Rencana perjalanan itu turut melibatkan Presiden Polandia, Estonia, Latvia dan Lithuania. Mereka berniat kembali menunjukkan solidaritas Eropa kepada Ukraina pada pekan ini.
"Saya siap untuk melakukan [kunjungan] ini, tetapi tampaknya, dan saya harus mencatat ini, [kunjungan] ini tidak diinginkan di Kiev," tutur Steinmeier pada Selasa (13/4/2022), seperti dikutip dari AFP.
Seorang diplomat Ukraina yang tidak disebutkan namanya turut mengomentari rencana Steinmeier. Ia mengatakan, Kiev tidak sudi menerima lawatan Steinmeier.
"Kita semua tahu hubungan dekat Steinmeier dengan Rusia di sini. Dia tidak diterima di Kiev saat ini. Kita akan melihat apakah [kedekatan] itu berubah," jelas diplomat itu.
Pernyataan diplomat tersebut muncul saat kecaman mendera Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Hingga kini, Scholz belum melakukan perjalanan ke Ukraina. Hal itu tentunya berbeda dengan pejabat lain seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan pemimpin Uni Eropa Ursula von der Leyen.
ADVERTISEMENT
Pun Steinmeier juga menghadapi kritik dari dalam dan luar negeri. Berbagai pihak menkritik mantan menteri luar negeri itu sebab dianggap ramah terhadap Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, Rusia, Senin (15/2/2022). Foto: Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS
Steinmeier memeluk kebijakan détente terhadap Moskow selama bertahun-tahun. Détente merupakan bentuk pengurangan hubungan ketegangan, terutama dalam situasi politik. Kendati demikian, Steinmeier mengaku menyesali langkah tersebut.
"Saya masih berharap bahwa Vladimir Putin memiliki sisa rasionalitas," ungkap Steinmeier.
"Saya tidak mengira bahwa presiden Rusia akan mempertaruhkan kehancuran politik, ekonomi, dan moral negaranya dalam mengejar delusi kekaisaran," imbuh Steinmeier.
Steinmeier adalah advokat terkemuka dari konsep ‘Wandel durch Handel’, yakni ‘perubahan melalui perdagangan’. Konsep tersebut berpendapat, membina hubungan komersial yang erat dapat membantu memacu reformasi demokrasi.
Kapal peletakan pipa "Castoro 10" selama operasi untuk menghubungkan dua bagian pipa dari pipa gas alam Laut Baltik Nord Stream 2 untuk membawa gas Rusia ke Jerman dan Turki. Foto: Reuters
Steinmeier juga memperjuangkan pembangunan pipa gas Nord Stream 2. Proyek kontroversial itu melibatkan Rusia dan Jerman. Meski telah rampung, proyek itu kini dihentikan akibat agresi Moskow di Kiev. Steinmeier kemudian menyebut dukungannya itu sebagai kesalahan.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, hubungan dengan Kremlin tidak dapat kembali normal. Sebab, Steinmeier menjelaskan, Barat harus menderita dampak dari konflik Rusia-Ukraina.
Steinmeier kemudian menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina. Ia lantas meminta Moskow agar memungkinkan evakuasi penduduk dari Mariupol.
Steinmeier merupakan seorang Sosial Demokrat yang menjalani tugas keduanya sebagai presiden Jerman. Ia sempat menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah dua pemerintahan mantan kanselir, Angela Merkel.