UNAIDS Ajak Komunitas Atasi Ancaman HIV/AIDS Pada 2030

1 Desember 2023 23:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UNAIDS menekankan pentingnya Pre-Exposure Profilaksis atau PrEP untuk melindungi diri dari penularan HIV. Dok. UNAIDS
zoom-in-whitePerbesar
UNAIDS menekankan pentingnya Pre-Exposure Profilaksis atau PrEP untuk melindungi diri dari penularan HIV. Dok. UNAIDS
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat dunia memperingati Hari AIDS Sedunia dengan berbagai ekspresi. Peringatan tersebut digelar untuk memberi dukungan moral kepada penderita HIV, sekaligus menghormati mereka yang kehilangan nyawa karena AIDS.
Sepanjang tahun 2022, terdapat 630.000 orang meninggal dunia akibat AIDS, dengan 26.000 kasus kematian yang tercatat di Indonesia. Pada tahun yang sama, diperkirakan 1,3 juta orang di dunia tertular HIV. Artinya, penurunan infeksi HIV baru sebesar 38 persen sejak tahun 2010 dan 59 persen sejak puncaknya pada tahun 1995.
Untuk menghambat pertumbuhan sel virus HIV di dalam tubuh orang dengan HIV/AIDS (ODHA), diperlukan kemudahan akses pengobatan antiretroviral (ARV). Namun faktanya, setiap 1 dari 4 orang dengan HIV (ODHIV) tidak memiliki akses ke ARV.
"Namun di Indonesia, gap-nya lebih besar, dengan 2 dari 3 ODHIV tidak memiliki akses ke ARV," ungkap Direktur UNAIDS untuk Indonesia, Tina Boonto, di Jakarta, Selasa (28/11).
Data UNAIDS menunjukkan adanya ketimpangan pendanaan pada program pencegahan HIV yang dipimpin komunitas di kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia, hanya 7 persen dari total pengeluaran program HIV pada tahun 2020 yang dialokasikan ke kelompok populasi kunci.
Adapun menurut laman Kementerian Kesehatan, populasi kunci mencakup wanita pekerja seks (WPS), laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, dan pengguna napza suntik (penasun).
Sulitnya mengakhiri AIDS juga tak lepas dari anggapan bahwa komunitas adalah masalah yang perlu ditangani, bukan sebagai pemimpin utama dalam menjalankan program. Padahal, komunitas dan masyarakat sipil memiliki peran vital, mulai dari kampanye, pengobatan HIV, sampai memastikan hak dasarnya terpenuhi.
Oleh karena itu, UNAIDS baru-baru ini meluncurkan Laporan World AIDS Day yang sesuai dengan tema tahun ini, yaitu "Let Communities Lead." Laporan ini menunjukkan bahwa ancaman AIDS dapat diakhiri pada 2030 jika komunitas mendapatkan dukungan penuh.
"Dalam media briefing kali ini, saya akan highlight beberapa hal positif yang telah terjadi di program HIV karena adanya engagement bermakna komunitas," kata Tina.
"Aktivisme komunitas selama lebih dari 40 tahun ini telah berhasil membuat breakthroughs dalam respons HIV, misalnya dalam memastikan life-saving medicines tersedia dan dapat diakses," lanjutnya.
Melalui komunitas dan gerakan masyarakat sipil, perlawanan terhadap stigma yang menimpa ODHIV bisa berjalan lebih masif. Pada tahun ini, Komnas HAM membentuk mekanisme akuntabilitas HAM untuk diskriminasi berbasis HIV untuk kali pertama. Kesuksesan ini berkat berkat advokasi dari komunitas.
"Sekarang, setiap orang yang mengalami diskriminasi berbasis HIV dapat mengajukan pelaporan dan pengaduan kepada Komnas HAM untuk mendapatkan akses ke keadilan dan upaya pemulihan hak," papar Tina.
"Di sisi lain, untuk mengakomodir ODHIV dan populasi kunci masih sulit akses jenis layanan yang dibutuhkan, kita telah melakukan capacity building 95 penyedia layanan dari berbagai sektor, layanan KBG, psikososial, bantuan hukum, dan HKSR untuk bisa memberikan layanan yang aman dan nyaman bagi ODHIV dan populasi kunci," tambah Tina.
Demi mengakhiri AIDS di dunia, komunitas harus diberi ruang untuk memimpin dalam setiap perencanaan dan program-program untuk mengakhiri HIV.
Di sisi lain, UNAIDS menekankan pentingnya Pre-Exposure Profilaksis atau PrEP untuk melindungi diri dari penularan HIV dengan mengonsumsi tablet satu kali sehari setiap hari. Hasil dari penggunaan PrEP ini terbukti cukup efektif dengan dorongan komunitas. Hingga saat ini, jumlah PrEP user telah mencapai 8.000 orang. Bahkan, tahun depan PrEP akan tersedia di 95 district di Indonesia.
"Komunitas punya peran penting dalam advokasi dan penjangkaun yang luas terhadap program PrEP. Hal ini terlihat dari Januari hingga Oktober 2023, dengan adanya PrEP champion telah berhasil ajak 1,277 orang untuk akses PrEP, baik yang dirujuk dari Rujukan Statis, Rujukan Mobile PrEP, Referal test JKT, Referal Saya Berani, dan Tanya Marlo," paparnya.
, UNAIDS baru-baru ini meluncurkan Laporan World AIDS Day yang sesuai dengan tema tahun ini, yaitu "Let Communities Lead." Dok. UNAIDS
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, sepakat soal pentingnya peran komunitas. Kemenkes mencatat jumlah kasus ODHA sebanyak 515.455 jiwa pada tahun 2023. Jumlah itu kemungkinan bisa bertambah jika penelusuran kasus dilakukan secara serius dan bersama-sama.
"Peran komunitas sangat penting, utamanya untuk mendukung temuan kasus pada kelompok populasi kunci teman-teman HIV/AIDS dan teman-teman komunitas ini sekarang juga sudah harus naik kelas," kata Imran.
Kemenkes memiliki target “Three Zero” pada 2030 untuk memutus penyebaran HIV/AIDS. Rinciannya terdiri dari Zero New HIV Infection (nol penyebaran baru) dengan target 95 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya. Kemudian, Zero AIDS Related Death (nol kematian) dengan target 95 persen orang dengan HIV mendapatkan pengobatan antiretroviral. Terakhir, zero diskriminasi.
Imran menjelaskan hingga saat ini masih ada batasan besar mulai dari ditemukan kasus HIV sampai dengan pasien mendapatkan pengobatan.
"Inilah pentingnya kolaborasi petugas kesehatan dengan komunitas, jadi sedini mungkin memasukkan mereka ke fasilitas kesehatan agar segera mendapatkan ARV atau ARV tersupresi," jelasnya.