Update Corona dari Prof Wiku: Surabaya Zona Oranye hingga Daerah Tingkatkan Tes

12 Agustus 2020 8:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu petugas beristirahat usai memakamkan jenazah pasien virus corona di pemakaman Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu petugas beristirahat usai memakamkan jenazah pasien virus corona di pemakaman Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, pada Selasa (11/8) kemarin kembali update perkembangan penanganan virus corona di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya, Prof Wiku membahas berbagai perkembangan, seperti kasus di Surabaya yang mulai membaik, daerah-daerah tengah berupaya meningkatkan kapasitas tes PCR, hingga merespons testing RI yang kalah jauh dari Filipina.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jumat (24/7). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Berikut kumparan rangkum poin-poin penting update corona yang disampaikan Prof Wiku dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta Pusat.
Data Satgas COVID-19 yang baru menunjukkan kini Kota Surabaya masuk risiko sedang atau oranye penyebaran corona.
"Zonanya sudah berubah dari merah ke oranye itu terjadi bukan hanya aspek tes saja, tapi penanganan kasus yang mulai membaik. Ini harus didorong terus agar zonanya membaik, agar bisa jadi kuning atau bahkan hijau," jelas Wiku.
Sejumlah santri asal Ponpes Gontor berpose ketika mengikuti wisuda penyintas COVID-19 di halaman Rumah Sakit Lapangan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/7). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Tiga indikator yang menentukan zona suatu daerah, termasuk Surabaya, dilihat dari faktor epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari jumlah kasus tersebut, hingga Selasa kemarin, Surabaya memiliki total 9.875 pasien corona. Dari jumlah itu, 6.569 di antaranya sembuh dan 831 meninggal. Artinya pasien yang masih dirawat tersisa 2.475 orang.
DKI Jakarta hingga hari ini tercatat sebagai provinsi dengan kasus positif virus corona terbanyak di Indonesia, menyusul Jawa Timur di posisi kedua.
Namun, rupanya secara keseluruhan sebenarnya kasus di Jakarta sedikit di bawah Jawa Timur. Hal ini dikarenakan keseluruhan kasus di Jakarta juga menghitung pasien yang dirawat di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Foto: Dok. BPMI Setpres
"Perlu kami sampaikan bahwa data dari DKI Jakarta 25.727 (per 10 Agustus 2020) tersebut sebenarnya terdiri dari 2 kelompok komponen. Kasus DKI Jakarta sendiri sebesar 24.884, dan 839 di atasnya adalah kasus dari RS Wisma Atlet. Ini adalah fasilitas untuk isolasi terdekat dan kontribusinya 3 persen," jelas Wiku.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, jika dikurangi tambahan kasus dari RSD Wisma Atlet Kemayoran, sebenarnya kumulatif kasus positif di Jakarta masih di bawah Jawa Timur, yang memiliki kasus sebanyak 25.330 orang.
"Kalau kita lihat, kasus di DKI saja sebenarnya masih sedikit lebih rendah dari kasus Jawa Timur," ucap Wiku.
Kasus positif virus corona di Filipina kini menyalip Indonesia. Namun, secara tes corona, bisa dibilang Filipina melakukannya lebih banyak, sehingga kenaikan kasusnya pun melebihi RI.
"Perlu kami sampaikan semua negara sedang berlomba untuk meningkatkan tesnya dan Filipina berhasil melampaui Indonesia," ujar Wiku.
Pekerja terlantar saat menunggu layanan antar-jemput setelah penangguhan transportasi massal pada hari pertama lockdown di Kota Quezon, Filipina. Foto: Eloisa Lopez/Reuters
Tes di Filipina juga lebih tinggi, secara rasio mencapai 16.340 tes per 1 juta penduduk. Sementara Indonesia hanya berjumlah 6.324 tes per 1 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
"Selamat Filipina. Dan Indonesia tentunya tak akan kalah untuk meningkatkan itu dan kita berusaha keras. Harapannya dengan peningkatan testing kasusnya yang ketemu harusnya akan lebih banyak," jelasnya.
Dikutip dari Worldometers, kasus positif di Filipina mencapai 139.538, memang lebih tinggi dari Indonesia yang berada di angka 128.776.
Berdasarkan data hingga per 10 Agustus 2020, kasus virus corona aktif di Indonesia masih di bawah rata-rata dunia yang mencapai 31,5 persen, sementara persentase Indonesia 30,8 persen.
Termasuk juga persentase tingkat kesembuhan yang sama dengan rata-rata global, yakni 64,7 persen. Namun, yang masih menjadi PR adalah menurunkan tingkat kematian. Sebab, kematian pasien corona di Indonesia masih di atas rata-rata dunia.
ADVERTISEMENT
"Kematian di Indonesia lebih tinggi dari dunia, Indonesia 4,5 persen, dunia 3,64 persen," ucap Wiku.
"Tujuan kita bersama adalah menurunkan angka kematian Indonesia, kalau bisa di bawah angka dunia. Dan kesembuhan Indonesia harapannya di atas rata-rata dunia. Demikian juga kasus aktif di Indonesia harus selalu lebih rendah dari rata-rata dunia," lanjutnya.
Sejumlah daerah melaporkan kapasitas pemeriksaannya masih lemah, berbanding terbalik dengan DKI Jakarta yang sudah mencapai lebih dari 500 ribu. Namun, Prof Wiku mengungkapkan setiap daerah masih terus berupaya meningkatkan tes spesimen virus corona.
"Hal ini (tes spesimen virus corona) sedang dilakukan berbagai daerah dan harapannya bisa meniru yang terbaik, yang dilakukan Jakarta," ucap Wiku.
Petugas melakukan swab test untuk pelacakan pada klaster industri di Kabupaten Bekasi. Foto: Humas Pemprov Jabar
Meski demikian, Wiku tak menampik kemampuan pemeriksaan spesimen virus corona setiap daerah berbeda-beda. Sebab, kondisi setiap daerah berbeda-beda, mulai dari kapasitas laboratorium hingga sumber daya manusia (SDM) yang memeriksa spesimen.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita perlu sadari bahwa kemampuan daerah memang bervariasi, DKI Jakarta kebetulan punya kemampuan yang cukup tinggi, dari laboratorium, SDM-nya untuk melakukan testing dan active case finding, sehingga mereka bisa temukan kasus dan tes lebih banyak dan melebihi standar WHO," jelasnya.
Epidemiolog Dicky Budiman mengungkapkan sebenarnya kasus positif corona di Indonesia 10 kali lipat lebih banyak dari yang dilaporkan. Bahkan, disebut-sebut sudah menembus 1 juta kasus.
"Prediksi saya adalah bahwa jumlah orang Indonesia saat ini yang terinfeksi COVID-19 adalah sekitar satu juta karena mayoritas dari mereka tidak menunjukkan gejala," kata Dicky kepada The Sydney Morning Herald.
ADVERTISEMENT
Namun, Prof Wiku merespons bahwa kini pemerintah tengah fokus mencari dan menangani kasus dengan gejala (simptomatik). Di saat bersamaan, pemerintah juga tingkatkan testing, sehingga kasus yang asimptomatik atau tanpa gejala bisa teridentifikasi agar bisa isolasi mandiri.
Prof Wiku memastikan pembukaan sekolah harus dibarengi kewaspadaan. Apabila nantinya zona corona daerah berubah menjadi risiko lebih tinggi, maka pemda wajib menutup kembali sekolah.
Siswa kelas VII SMPN 1 Kota Jambi mengenakan masker dan pelindung wajah sebelum memasuki kelas pada hari pertama sekolah Tahun Pelajaran 2020/2021 di Jambi. Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
"Jika satuan pendidikan terindikasi kondisi tak aman atau risiko daerah (zona corona) berubah jadi lebih tinggi, maka pemda wajib menutup kembali satuan pendidikan tersebut, namun prosesnya dilakukan bertahap dan evaluasi yang baik," ujar dia.
Wiku meminta pemda dan pihak sekolah memperhatikan aspek keselamatan siswa dan guru. Menurutnya, penyediaan sarana fasilitas kesehatan yang memadai hingga penerapan protokol kesehatan secara ketat, jadi langkah utama pencegahan virus corona di sekolah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, apabila orang tua tidak memberi izin, maka putra-putri mereka bisa belajar di rumah secara online.
"Jika orang tua enggak setuju, maka peserta didik bisa belajar di rumah dan tak boleh dipaksakan," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Kenaikan kasus positif virus corona di Jakarta terjadi seiring dengan kemampuan tes yang terus ditingkatkan di Jakarta selama PSBB transisi. Bed occupancy rate atau penggunaan tempat tidur di rumah sakit yang menangani pasien terjangkit virus corona di Jakarta saat ini ada di angka 66 persen.
"Itu benar bed occupancy rate (Jakarta) saat ini masih di angka 66 persen dan masih mungkin mencapai 80 persen," ungkap Wiku.
Ia memastikan perawatan corona di rumah sakit dilakukan dengan hati-hati. Juga bisa segera menurunkan bed occupancy rate, khususnya di Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Kami selalu memastikan bahwa perawatan di rumah sakit dapat dilakukan dengan hati-hati agar (bed occupancy rate) dapat diturunkan," tuturnya.
Pemakaman khusus kasus COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Kasus kematian akibat virus corona di Indonesia diprediksi banyak pihak lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Satgas COVID-19 setiap harinya. Laporan kasus kematian ini utamanya berasal dari pasien suspek atau yang meninggal sebelum hasil tesnya keluar.
Bahkan, laporan tingkat kematian pasien corona di Indonesia lebih tinggi ini juga diungkapkan oleh lembaga-lembaga independen, seperti Lapor COVID-19
"Kita apresiasi laporan independen ini, tapi kami berusaha transparan dan data resmi dilaporkan di website kita. Bisa diakses semua pihak, bisa dianalisis juga. Ada detail yang bisa dibandingkan," kata Wiku.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Wiku mengungkapkan pemerintah terus berupaya menekan angka kematian virus corona. Salah satunya dengan merawat pasien dengan gejala COVID-19 agar segera pulih.
"Di saat bersamaan kita rawat pasien bergejala untuk pastikan angka kematian bisa ditekan," tutup dia.
Infografik Masih Gelombang Pertama. Foto: Hod Susanto/kumparan
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona