Vaksin Corona Siap Januari 2021? Jokowi Yakin, WHO Pesimistis

6 September 2020 11:22 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Vaksin corona menjadi produk yang paling dinanti di tengah pandemi. Ketika kekebalan buatan dibuat, kehidupan diprediksi perlahan akan kembali normal.
ADVERTISEMENT
Indonesia melakukan berbagai cara untuk menemukan vaksin tersebut. Mulai dari mengembangkan sendiri hingga bekerja sama dengan negara lain.
Yang paling progresif perkembangannya adalah dua kandidat vaksin dari China yakni Sinopharm dan Sinovac. Indonesia pun yakin penyuntikan vaksin bisa dimulai awal 2021.
"Januari kita sudah mulai suntik vaksin corona biar keadaan masuk normal kembali." kata Presiden Jokowi, Jumat (28/8).
Mantan Wali Kota Solo ini menjelaskan bahwa saat ini vaksin tengah menjadi rebutan ratusan negara.
"Kemarin menteri BUMN ke Uni Emirat Arab, ke China, memastikan agar vaksin bisa kita dapatkan. Baik bahan baku maupun beli jadi karena 215 negara itu (terdampak corona) rebutan," ujarnya.
Bahkan, pemerintah sudah bisa memastikan masyarakat tidak mampu yang diprioritaskan untuk mendapat vaksin corona secara gratis. Sementara orang kaya diminta melakukan imunisasi mandiri yang biayanya ditanggung sendiri.
Presiden Joko Widodo mengenakan masker di Acara Aksi Nasional Pencegahan Korupsi. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Ketua Pelaksana Harian Komite Penanganan Virus Corona dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir, mengatakan vaksin gratis diberikan untuk warga tidak mampu berdasarkan data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Jumlahnya mencapai 93 juta orang.
ADVERTISEMENT
Vaksin Sinovac kini masih diuji klinis tahap III di Bandung. 1.620 relawan akan disuntik, baik cairan plasebo maupun vaksin.

Perlu Persetujuan WHO

Ketua Tim Riset Uji Klinis III Vaksin Sinovac Prof Kusnandi Rusmil sejauh ini mengabarkan proses berjalan baik. Dari relawan yang sudah disuntikkan vaksin, kata dia, tidak ada yang merasakan efek samping berlebihan.
Namun, Kusnandi mengatakan bahwa proses akan berjalan 6 bulan. Soal efektivitas, penilaian akhir diserahkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Yang memutuskan bagus atau tidak bagus nanti WHO, kalau saya mempelajari dulu bahwa fase satu dan dua sudah di China dan diatur oleh Sinovac, saya pelajari dulu sesuai dengan aturan yang ada si WHO, jadi kita jalan gitu loh," kata dia ketika ditemui di RSP Unpad, Selasa (11/8).
ADVERTISEMENT
Adapun dalam pengujian, Prof Kusnandi memastikan, bakal mematuhi aturan yang ditetapkan oleh WHO. Akan tetapi, dia tak merincikan aturan yang dimaksud. Jika nantinya terjadi kekeliruan dalam proses pengujian, dia bakal ditegur oleh BPOM selaku pengawas bahkan WHO.
"Enggak mungkin saya menyalahi aturan dari WHO, jadi saya lihat begitu sesuai dengan aturan WHO kita kerjakan. Kalau ada salah, nanti yang akan menegur saya itu adalah BPOM dan juga WHO," ujar dia.
Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona di RI, Kusnandi Rusmil. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan

WHO Ragu Vaksin Tersedia hingga Pertengahan 2021

WHO pesimistis vaksin virus corona bisa disuntik secara luas hingga pertengahan tahun 2021.
Juru Bicara Margaret Harris mengatakan, belum ada satu pun kandidat vaksin dalam uji lanjutan yang menunjukkan ‘sinyal baik’ atau efektivitasnya setidaknya 50 % dari standar WHO.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak memperkirakan akan melihat vaksinasi meluas sampai pertengahan tahun depan," kata Harris, kepada wartawan pada briefing di Jenewa, seperti dikutip dari Reuters.
WHO menekankan pentingnya pemeriksaan ketat terhadap efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19. Harris menambahkan uji klinis tahap 3 vaksin harus memakan waktu lebih lama untuk melihat efektivitasnya kepada manusia.
Ia merujuk pada fase dalam penelitian vaksin di mana uji klinis besar-besaran yang sedang dilakukan. Namun Harris tidak merujuk pada kandidat vaksin tertentu.
"Tahap 3 ini harus memakan waktu lebih lama karena kita perlu melihat seberapa protektif vaksin itu dan kita juga perlu melihat seberapa aman vaksin itu," tambahnya.
"Banyak orang telah divaksinasi dan kami tidak tahu adalah apakah vaksin itu bekerja. Pada tahap ini kami tidak memiliki sinyal yang jelas apakah itu memiliki tingkat kemanjuran dan keamanan yang bermanfaat " lanjut Harris.
who logo Foto: frizal