news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Vaksin Corona yang Diuji Belum Tentu Efektif, Masyarakat Diminta Jangan Euforia

10 Oktober 2020 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar. Foto: Instagram/@juhaeriotong
zoom-in-whitePerbesar
Ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar. Foto: Instagram/@juhaeriotong
ADVERTISEMENT
Ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar, mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak terlalu euforia dengan kabar vaksin corona.
ADVERTISEMENT
Diketahui sejumlah negara, termasuk Indonesia, tengah menguji klinis tahap akhir vaksin corona sebelum nantinya disuntikkan kepada mayoritas penduduk. Vaksin yang tengah diuji coba di Indonesia merupakan buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac.
Juhaeri menyatakan, beberapa kandidat vaksin yang kini diuji klinis belum tentu efektif untuk masyarakat umum. Sebab orang yang mengikuti uji klinis sudah dipilih.
"Jangan lupa vaksin disebarkan ke masyarakat belum tentu efektif. euforia seolah-olah semua akan beres, belum tentu. Ingat kalau sudah trial (uji klinis -red), orangnya sudah khusus dan efektif. Kalau ke masyarakat orangnya lain lagi. Ada istilah surveillance system, jangan sampai obat ini justru jadi berbahaya," ujar Juhaeri dalam diskusi virtual pada Sabtu (10/10).
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Juhaeri juga meminta masyarakat agar bersabar ketika vaksin sudah dinyatakan lulus uji klinis tahap ketiga. Sebab proses produksi hingga distribusi vaksin memerlukan waktu.
ADVERTISEMENT
"Kita jangan euforia, karena yang bikin itu enggak gampang. Kalau sudah jadi enggak gampang, sekian juta (dosis), apalagi distribusinya," ucapnya.
Lebih lanjut, Juhaeri meminta jangan sampai uji klinis vaksin corona dilakukan secara tergesa-gesa sehingga hasilnya tidak efektif dan justru bisa berbahaya bagi masyarakat. Uji klinis harus mengikut prosedur yang ditetapkan secara disiplin.
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Ia kemudian menyinggung vaksin corona yang dikembangkan Universitas Oxford, Inggris, bersama perusahaan farmasi AstraZeneca.
Oxford dan AstraZeneca sempat memimpin penemuan vaksin corona namun sempat dihentikan sementara lantaran menimbulkan efek samping di sumsum tulang belakang relawan.
==
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.