Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kami bisa identifikasi kemungkinan yang paling cepat yang dilakukan Eijkman, di mana pengembangan vaksin COVID-19nya menggunakan platform sub unit protein rekombinan," ujar Bambang dalam diskusi di YouTube BNPB, Selasa (27/10).
"Saat ini prosesnya, di bulan Oktober ini, mereka sedang persiapkan untuk uji di hewan. Uji di hewan yang kita harapkan bisa selesai dan mudah-mudahan hasilnya memuaskan pada akhir tahun ini," lanjutnya.
Nantinya, setelah bibit vaksin yang diuji ke hewan memiliki hasil yang baik dan memuaskan, pihaknya akan menyerahkan ke Bio Farma untuk dimulai proses produksi skala kecil. Ditargetkan, seluruh proses ini selesai pada akhir tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Menurut Bambang, pembuatan vaksin skala kecil ini diperuntukan bagi proses uji klinis, yang akan dimulai tahun depan.
"Setelah akhir tahun, rencananya bibit vaksin yang sudah kita anggap teruji pada hewan atau sel mamalia tersebut akan diserahkan kepada Bio Farma sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil
"Terutama untuk keperluan uji klinis. Kita akan ikuti semua prosedurnya, uji klinis tahap I II III, dan BPOM yang putuskan apakah vaksin ini bisa digunakan massal atau tidak," jelasnya.
Selain itu, ia menuturkan keenam institusi yang terlibat dalam pengembangan vaksin corona ini memiliki platformnya masing-masing. Sehingga, nantinya akan muncul 6 versi vaksin buatan tiap-tiap institusi.
Meski pembuatan vaksin corona ini dinilai Bambang menjadi tantangan bagi peneliti, ia berharap pengembangan dan pengadaan vaksin COVID-19 bisa berjalan sesuai rencana.
ADVERTISEMENT
"Jadi saat ini enam-enamnya bekerja masing-masing, tetapi intinya akhirnya mereka akan keluar dengan vaksin COVID dan fasilitasi untuk produksinya. Karena tugas kami sampai prototipe, sampai bibit vaksin, seterusnya tanggung jawab Bio Farma yang akan bentuk konsorsium dengan perusahaan swasta," tutup Bambang.
Saat ini vaksin Merah Putih masih dalam tahap pengurutan genome, atau strain virus yang digunakan asli Indonesia. Direncanakan di kuartal II, uji klinis ke manusia bisa dimulai dan produksi berlangsung pada 2022.