Vaksinasi Corona di Afrika Terseok-seok di Tengah Meroketnya COVID-19

25 Juni 2021 20:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembeli mengantri untuk membeli bahan makanan di toko Pick n Pay jelang lockdown di Afrika Selatan. Foto: REUTERS / Siphiwe Sibeko
zoom-in-whitePerbesar
Pembeli mengantri untuk membeli bahan makanan di toko Pick n Pay jelang lockdown di Afrika Selatan. Foto: REUTERS / Siphiwe Sibeko
ADVERTISEMENT
Negara-negara di Afrika dihadapkan dengan kengerian peningkatan kasus COVID-19 yang bersamaan dengan semakin melambatnya program vaksinasi mereka.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, total kasus corona di Afrika secara keseluruhan memang tidak separah benua lainnya, dengan jumlah 5,3 juta kasus dan 139 ribu kematian. Afrika masih salah satu benua yang paling sedikit terdampak COVID-19 setelah Oseania.
Tetapi kini, wabah virus ini meroket di setidaknya 12 negara. Puncak kasus diprediksi akan terjadi dalam tiga pekan ke depan.
“Gelombang ketiga ini dengan cepat menghampiri, menyebar dengan lebih cepat, menghantam dengan lebih keras. Lonjakan yang terjadi belakangan ini mengancam jadi yang terburuk di Afrika,” ungkap Direktur WHO Afrika, Matshidiso Moeti, pada Kamis (24/6/2021).
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika), John Nkengasong, menyebut gelombang ketiga ini sebagai gelombang yang “luar biasa brutal” dan “sangat menyedihkan”.
ADVERTISEMENT
Presiden Liberia, George Weah, mengatakan bahwa rumah sakit di negaranya sudah kewalahan dengan pasien-pasien COVID-19. Menurutnya, gelombang ketiga ini jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan setahun sebelumnya.
Petugas medis membongkar vaksin Covid-19 China yang diproduksi oleh Sinopharm di Rumah Sakit Seychelles di Victoria, (10/1/2021). Foto: RASSIN VANNIER/AFP
Setidaknya ada tiga hal yang semakin memperburuk kondisi di negara-negara Afrika: Vaksinasi yang terseok-seok, penyebaran varian corona yang jauh lebih menular, dan cuaca di bagian selatan benua.
Rasio vaksinasi di negara-negara Afrika merupakan yang terendah secara global. Menurut WHO, baru 1% dari 1,3 miliar total penduduk Afrika yang sudah divaksinasi dosis penuh.
90% negara-negara Afrika diprediksi akan gagal mencapai target mengimunisasi 1/10 dari populasi mereka per September 2021.
“Kami sedang berlomba dengan waktu, dan pandemi jauh berada di depan kami. Afrika tidak memenangkan perlombaan melawan virus corona ini,” ujar Nkengasong.
ADVERTISEMENT
Kritik-kritik kini menghujani negara Barat yang berjanji untuk menyumbangkan hingga 1 miliar vaksin COVID-19 pada negara-negara berpendapatan rendah. Barat dianggap terlalu lamban, tak sesuai dengan kecepatan penularan virus ini.
“Penambahan kasus-kasus ini jauh lebih cepat dibandingkan vaksinasi. Afrika sesegera mungkin membutuhkan lebih dari satu juga dosis vaksin. Kita harus berlari,” tegas Moeti.
Beberapa negara bahkan gagal menyuntikkan vaksin yang disumbangkan oleh skema COVAX facility sebelum tanggal kedaluwarsa akibat kegagalan logistik dan keraguan masyarakat soal vaksinasi.
Petugas pemakaman saling membersihkan diri setelah penguburan jenazah COVID-19 di pemakaman Olifantsvlei, barat daya Joburg, Afrika Selatan. Foto: Siphiwe Sibeko/REUTERS
Malawi bahkan kehabisan stok dosis vaksin mereka pekan lalu, padahal ribuan warganya harus segera melakukan vaksinasi dosis kedua.
Mereka harus membuang hampir 20 ribu dosis vaksin AstraZeneca pada Mei lalu karena sudah kedaluwarsa.
Kongo dan Sudan Selatan menghindari nasib serupa, sehingga kedua negara memutuskan untuk mengembalikan hingga 2 juta dosis vaksin ke PBB.
ADVERTISEMENT
Program vaksinasi yang lambat di Kongo membuat khawatir pemerintah setempat. Mereka masih memiliki sekitar 100 ribu vaksin Sinopharm yang akan segera kedaluwarsa pada bulan Juli mendatang.
Sementara itu, pengiriman vaksin AstraZeneca lewat skema COVAX dari India juga terlambat akibat sempat memburuknya situasi corona di sana.
Afrika Selatan mengabarkan bahwa mereka sudah memiliki cukup dosis vaksin Johnson & Johnson dan Pfizer/BioNTech untuk mengimunisasi hingga 67% dari total 59 juta penduduk.
Tetapi, kenyataannya, program vaksinasi mereka masih sangat lambat. Sejauh ini, baru 2,2 juta orang yang terdiri atas tenaga kesehatan dan lansia yang baru divaksinasi.
Anggota organisasi pemakaman Muslim menyiapkan jenazah seorang pria yang meninggal akibat COVID-19, di masjid Ghiedmatiel Islamia di Cape Town, Afrika Selatan. Foto: Sumaya Hisham/REUTERS
Saat ini keadaan di Afrika memburuk lantaran menyebarnya varian Delta. Varian Delta menyebar secara luas hingga ke 14 negara Afrika. Afrika Selatan sendiri menyumbang hingga 35% dari total kasus corona benua tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Uganda, Menteri Kesehatan, Jane Ruth Acheng, mengungkapkan , jumlah anak muda yang terpapar COVID-19 sangat tinggi. Diduga lonjakan kasus akibat menyebarnya varian Delta.
Negara Namibia dan Zambia melaporkan peningkatan kasus harian yang signifikan. Bahkan, angka kematian akibat COVID-19 di Zambia sangat buruk, dan menyebabkan kamar mayat penuh jenazah kasus corona.