Varian Delta Plus Lebih Menular, tapi Belum Terbukti Perberat Gejala Pasien

30 Juli 2021 17:09 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia kini sedang menghadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Delta. Namun, di tengah upaya penanganan, muncul tiga kasus corona varian Delta Plus yang teridentifikasi di Jambi dan Mamuju, Sulawesi Barat.
ADVERTISEMENT
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, menerangkan varian Delta Plus yang juga disebut AY.1 ini masih satu kelompok dengan varian Delta (B.1617.2 asal India).
Kabar baiknya, belum ada bukti dari tiga kasus varian Delta Plus yang telah terdeteksi mengalami gejala berat dibandingkan pasien yang memiliki virus COVID-19 asli maupun varian baru lain.
“Sejauh ini dari 3 ditemukan AY.1 itu belum bisa kita menyimpulkan varian ini menimbulkan gejala klinis yang lebih berat dari varian lain,” terang Amin di Live Corona Update bersama kumparan, Jumat (30/7).
Yang pasti, Amin menyebut varian Delta Plus kecepatan menularnya lebih tinggi karena masih satu kelompok dengan Delta. Bahkan, varian Delta Plus menular 40 persen lebih cepat daripada varian Alpha (B.117) dari Inggris.
ADVERTISEMENT
“Yang dari Inggris itu 70 persen lebih cepat dari varian asli dari Wuhan. Jadi kecepatan penularannya lebih tinggi. Tapi hal-hal lain seperti berkaitan dengan diagnosis kemudian gejala klinis berbeda dan lolos antibodi memang berdasaran penelitian di laboratorium,” terang Amin.
Kendati demikian, Amin menerangkan vaksin yang tersedia saat ini di Indonesia masih bisa melawan varian baru. Termasuk juga Delta dan Delta Plus.
“Pengujian yang dilakukan pengembang vaksin Pfizer, Moderna, dan Sinovac, mereka mendapatkan antibodi yang ditimbulkan pasca vaksinasi masih efektif untuk lawan varian ini,” tandas dia.