Velove Pernah Kunjungi OC Kaligis di Ruang Kalapas Sukamiskin
PerbesarADVERTISEMENT
Dalam persidangan kasus dugaan suap mantan Kalapas Sukamiskin, Wahid Husen, muncul nama aktris Velove Vexia.
ADVERTISEMENT
Velove disebut pernah masuk ke ruang kerja Wahid saat membesuk ayahnya, OC Kaligis, yang mendekam di Lapas Sukamiskin karena kasus suap hakim PTUN Medan. Padahal sudah ada ruang tersendiri untuk membesuk tahanan.
Munculnya nama Velove di persidangan itu bermula saat jaksa KPK bertanya soal saung kepada Wahid. Saung yang dimaksud jaksa adalah tempat kunjungan ilegal yang dibangun napi.
"Selain saung, (ruang kunjungan -red) di mana lagi?" tanya jaksa KPK M Takdir Suhan ke Wahid di Pengadilan Tipikor Bandung, Rabu (20/2).
Wahid yang menjadi saksi untuk terdakwa lain, Hendry Saputra, menjawab ada salah satu ruangan di bagian depan Lapas Sukamiskin yang biasa digunakan untuk kunjungan. Jawaban Wahid itu langsung ditimpali Takdir.
"Pernah bertemu OC Kaligis dan Velove Vexia? Itu ruangan kerja saksi? Lalu saksi berfoto bareng dengan Velove Vexia?" tanya jaksa Takdir.
ADVERTISEMENT
Wahid menampik Velove mengunjungi Kaligis di ruang kerjanya. Menurut Wahid pertemuan itu tak sengaja saat Kaligis lewat di depan ruangannya. Namun ia tak membantah saat itu Velove dan Kaligis memang berada di ruangannya.
"Pak OC bangga sama anaknya. Lalu dikenalin kepada saya. Tempatnya memang di ruangan (kerja) saya," respons Wahid.
Seusai persidangan, Takdir tak ingin menelan mentah-mentah keterangan Wahid soal pertemuan dengan Velove di ruang kerja. Ada beberapa kecurigaan Takdir yang menunjukkan bahwa pertemuan itu bukanlah suatu kebetulan.
"Sebagaimana mana fakta di sidang, Pak Wahid mengakui bahwa semestinya ada tempat besuk umum. Tapi, kenapa di tempat Kalapas? Tidak seharusnya ada tamu di atas di tempatnya (Wahid)," kata Takdir usai sidang.
ADVERTISEMENT
Selain Velove , nama Setya Novanto pun disebut dalam persidangan tersebut. Eks ketua DPR RI itu pernah meminta izin berobat rawat jalan, tetapi justru menginap di luar lapas.
Izin yang dimaksud terjadi pada 21 Juni 2018 atau satu bulan setelah Setnov --demikian Setya disapa-- divonis 15 tahun penjara dalam kasus korupsi proyek e-KTP.
