Video Call hingga Update Medsos, Aktivitas Napi Sebelum LP Tangerang Terbakar

10 September 2021 7:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puluhan mobil ambulans memasuki halaman lapas untuk melakukan evakuasi korban kebakaran di Lapas Dewasa Klas 1 A Tangerang, Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Puluhan mobil ambulans memasuki halaman lapas untuk melakukan evakuasi korban kebakaran di Lapas Dewasa Klas 1 A Tangerang, Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebakaran melanda Lapas Kelas 1 Blok C2, Tangerang, pada Rabu (8/9) dini hari dan menewaskan 41 narapidana. Per Kamis (9/9), tiga orang lainnya meninggal setelah sempat mendapatkan penanganan di RSUD Tangerang.
ADVERTISEMENT
Sehingga totalnya 44 orang tewas dalam insiden tersebut. Adapun 73 narapidana mengalami luka-luka, sedangkan 5 lainnya luka berat.
Keluarga dan kerabat korban berdatangan ke lapas dan RSUD Tangerang pasca mendapat kabar insiden tersebut. Banyak di antaranya tak kuasa menahan isak tangis dan berduka mengingat kenangan terakhir bersama korban.
Sejumlah kerabat dan keluarga pun menceritakan kondisi terakhir korban sebelum api melahap lapas. Beberapa mengaku belum lama berinteraksi dengan korban melalui video call hingga media sosial.
Berikut aktivitas para narapidana tewas sebelum lapas Tangerang terbakar, dirangkum kumparan, Jumat (10/9).
Nyoman Sani, bapak dari I Wayan Tirta, narapidana yang tewas terbakar di Lapas Kelas 1 Tangerang. Foto: Dok. Istimewa

Video Call dengan Keluarga

Nyoman Sani, ayah salah satu korban narapidana tewas, mengaku sempat melakukan video call dengan anaknya, I Wayan Tirta Utama. Wayan Tirta tewas terbakar di dalam sel Blok C-2 Lapas Kelas 1 Tangerang, pada Rabu (8/9) dini hari.
ADVERTISEMENT
Video call itu berlangsung hanya beberapa jam sebelum kebakaran, yaitu pada Selasa (7/9) malam. Wayan Tirta menghubungi Nyoman dari dalam sel lewat video call via WhatsApp.
“Sebelum kejadian sekitar pukul 22.00 WIB saya sempat komunikasi dengan anak saya melalui video call,” ujar Nyoman, Kamis (9/9).
Nyoman mengatakan, pada saat itu anaknya menanyakan kondisi kesehatannya. Hal ini dikarenakan Nyoman sempat terkena COVID-19. Bahkan ibunya Wayan Tirta telah meninggal dunia karena COVID-19 sekitar 40 hari lalu.
“Wayan sempat menanyakan saya sudah makan atau belum, dia juga sempat menanyakan anaknya yang berada di samping saya,” terang Nyoman.
Nyoman tak menjelaskan seberapa sering mereka berkomunikasi saat malam hari dari dalam sel. Namun, Wayan sekalinya menelepon video call, Wayan juga sempat menanyakan anak keduanya yang kini tinggal bersama Nyoman. Wayan sudah memiliki dua anak.
ADVERTISEMENT
Pada saat video call itu, Wayan menanyakan anak keduanya yang masih yang belum tidur. Wayan bahkan sempat meminta anaknya untuk tidur. Nyoman tak menjelaskan berapa usia anak kedua Wayan
“Anaknya bilang, 'iya, Yah (Ayah), ini mau tidur dan mau berdoa',” ungkap Nyoman.
Nyoman mengungkapkan, pada saat berkomunikasi, anak I Wayan sempat mengajak Wayan untuk berdoa. Setelah itu video call berakhir.
Tidak ada komunikasi hingga Rabu (8/9) ketika api mulai membakar kamar sel Wayan. Nyoman mengaku mendapatkan informasi Lapas Tangerang terbakar saat melihat pemberitaan di televisi.
I Wayan Tirta merupakan terpidana kasus tabrak lari di Jakarta Selatan. Dia dijerat Pasal 338 KUHP dan dibui selama 14 tahun. Sebelum dibui di Lapas Kelas 1 Tangerang, Wayan merupakan warga binaan di Rutan Kelas 1 Cipinang. Dia pindah ke LP Tangerang pada 24 November 2017.
Kondisi Lapas Tangerang Usai Terbakar. Foto: Dok. Istimewa

Update Instagram: Kangen Rumah

Tak hanya Wayan, narapidana lain juga aktif menggunakan ponsel sebelum wafat. Salah satu keluarga korban, Angeline, mengungkap semalam sebelum terjadinya kebakaran, korban membuat status di Instagram.
ADVERTISEMENT
Angeline merupakan tante dari korban bernama Ethus. Keluarga Ethus yang datang dari Saharjo, Jakarta Selatan, itu mengatakan masa tahanan korban tidak lama lagi.
“Dia bikin status di Instagram jam 12 malam, ‘kok rasanya ingin pulang, ya, kangen rumah’," kata Angeline kepada wartawan, Rabu (8/9).
“Februari ini dia keluar. Karena sudah dapat potongan remisi, ya. Terkait narkoba,” jelasnya.
Saat ini pihak keluarga telah menyerahkan data antemortem kepada pihak kepolisian seperti rekam gigi dan rontgen untuk keperluan forensik. Angeline pun berharap diberikan keterangan sedetail mungkin terkait kebakaran yang menewaskan keponakannya.
“Paling tidak diberi keterangan di pihak kita penjelasan yang sedetail mungkin, karena apa? Dari satu sisi yang kita denger enggak mungkin tutup telinga, sudah tahu kapasitas di dalam penjara aja tidak memenuhi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Keluarga kita dibina di dalam sana berharap dijamin juga keselamatannya, berharap pulang dengan selamat. Di mana jaminan keselamatannya kalau keluarga kita dibina di sana,” tambahnya
Angeline pun berharap proses identifikasi jenazah tidak lama. Sehingga jenazah korban bisa segera dibawa pulang.
“Jangan sampai satu minggu hasilnya, berlarut-larut. Kalau sudah tahu kabar kematian, ya, bisa kita bawa pulang secepatnya, hari ini juga,” pungkasnya.
Upik Hartanti orang tua korban kebakaran bernama Rizekil Khairi kembali datangi RS Polri. Foto: Nugroho GN/kumparan

Telepon Ibu Minta Pulsa

Korban narapidana lain di Lapas Kelas 1 A Blok C-2, Rezkil Khairi, juga menghubungi keluarganya lewat telepon pada Selasa (7/8). Rezkil terakhir kali menghubungi ibunya, Upik Hartanti (44), untuk meminta pulsa.
"Semalam habis nelepon saya jam 9 minta pulsa," ujar Upik saat ditemui di Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9).
ADVERTISEMENT
Rezkil Khairi yang disebut Upik berusia 23 tahun, merupakan napi yang baru saja dipindahkan penahanannya ke Lapas Kelas I Tangerang. Sebelum menjalani masa hukumannya di Lapas Kelas I Tangerang, kata Upik, anaknya terlebih dahulu menjalani hukuman di Lapas Kelas II.
"Pertamanya di lapas kelas II, pindah sini pas mau puasa baru 4 bulan di sini mah. Di lapas sebelumnya ada setahun. (Dihukum karena) Narkoba, (hukumannya) 5 tahun 3 bulan," cerita Upik.
Upik mengaku tak memiliki firasat apa pun terkait kejadian yang menimpa anaknya itu. Meski begitu, Upik mengaku ikhlas akan takdir yang harus dijalaninya ini.
"Enggak ada firasat apa-apa. Ya mau gimana lagi saya ikhlas kalau sudah takdir begini, namanya juga musibah," ungkap Upik.
Jenazah korban kebakaran Lapas 1 Tangerang dibawa ke RS Polri Kramatjati, Rabu (8/9). Foto: Nadine/kumparan

Gagal Menyelamatkan Diri dari Sel

Mashuri adalah salah satu korban tewas kebakaran di Lapas Tangerang di Blok C. Saat api berkobar, Mashuri tak bisa menyelamatkan diri dari selnya di Blok C2.
ADVERTISEMENT
"(Kakak saya namanya) Mashuri (napi) kasus narkoba. Iya (warga binaan) di blok C2, dia kakak saya," ujar Lilis saat ditemui di Lapas Klas I Tangerang, Rabu (8/9).
Lilis adalah adik dari Mashuri. Saat ditemui di depan Lapas Tangerang, raut kesedihan tampak di wajahnya. Matanya sembap.
Sambil terbata-bata, dia melanjutkan ceritanya. Sesekali dengan tisu, dia mengusap wajahnya.
"Mashuri sudah 7 tahun di Lapas Tangerang," imbuh dia.
Lilis sendiri tahu peristiwa kebakaran ini dari tetangganya. Dia bergegas pergi ke Lapas Tangerang bersama suami dan anaknya.
Lapas Tangerang diketahui overload atau kelebihan muatan. Lembaga pemasyarakatan ini memiliki kapasitas maksimal hingga 900-an napi, tetapi diisi hingga lebih dari 2.000 orang. Sementara, tiap regu penjaga hanya beranggotakan 13 petugas.
ADVERTISEMENT
Proses penyelidikan kebakaran Lapas Kelas I Tangerang masih berlangsung hingga kini. Sementara seluruh korban tewas sedang dalam proses pemindahan dari RSUD Kabupaten Tangerang ke RS Polri Kramat Jati untuk diautopsi dan diidentifikasi.