Viral Kisah Pasangan Sehidup Semati di Gowa, Sulsel: Meninggal Selang 1 Jam

19 Agustus 2020 13:53 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siti Saniah (64) dan Muhammad Idrus Makkawaru (76) . Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Siti Saniah (64) dan Muhammad Idrus Makkawaru (76) . Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Janji menjadi pasangan sehidup semati telah menjadi takdir bagi Muhammad Idrus Makkawaru (76) dan Siti Saniah (64). Pasangan asal Bantaeng yang tinggal di Gowa, Sulsel, itu meninggal dunia dalam waktu berselang satu jam.
ADVERTISEMENT
Anak dari pasangan Idrus dan Siti Saniah, Ahmad Mujahid (51) mengatakan, orang tuanya meninggal pada Minggu (26/8). Keduanya memiliki riwayat jantung.
"Ibu saya duluan meninggal, sekitar pukul 18.30 WITA, habis Magrib. Dan kemudian setelah Isya, ayah juga tutup usia. Jadi hanya berselang satu jam," kata Ahmad kepada wartawan pada Rabu (19/8).
Ia menambahkan, pada saat ibunya mengalami sakaratul maut, ayahnya terus menuntun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Suasana di rumah pasangan sehidup semati di Gowa. Foto: Dok. Istimewa
"Saat ibu saya sudah sulit bernafas, ayah dan adik-adik saya terus ada di dekatnya. Dan bahkan, saat ibu sakaratul maut, ayah yang bisikkan syahadat dan setelah itu, ibu sudah tidak ada," bebernya.
Ia menambahkan, setelah jenazah ibunya dipindahkan dari tempat tidurnya dan disemayamkan di ruang tamu, bapaknya meneteskan air mata dan tak lama kemudian, ia mengalami sesak napas.
ADVERTISEMENT
"Namun ia (Bapak) tetap berzikir dengan tasbih yang ada di tangannya. Saya dan adik-adik membacakan doa, dan sesaknya berhenti, namun ternyata ajal menjemputnya sebagaimana istrinya yang telah dijemput duluan," ujarnya.
Suasana di rumah pasangan sehidup semati di Gowa. Foto: Dok. Istimewa
Semasa hidupnya, Idrus bekerja sebagai guru madrasah tsanawiyah dan aliyah. Kemudian, ia juga pernah menjadi pegawai Departemen Agama Kabupaten Bantaeng hingga menjadi Kepala Kantor Departemen di kabupaten itu dari 1989-2000. Pada tahun 2000, ia pensiun dari PNS.
Setelah pensiun, Idrus kemudian menghabiskan sisa hidupnya dengan belajar, mengamalkan agama dibeberapa masjid di Makassar, seperti di masjid Raya. Namun, almarhum tidak pernah menganggap dirinya itu sebagai seorang kiai, meski orang lain memanggilnya dan bahkan menganggapnya sebagai kiai.
"Bapak terus ikut mengaji atau belajar ilmu yang disampaikan oleh beberapa ulama. Ia juga tidak pernah mengaku kiai, dia tidak pernah cantumkan itu, meski orang lain memanggil seperti itu," pungkas Ahmad.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.