Wakil Ketua DPR: Jelang 30 September, Ada yang Menggulirkan Isu PKI

30 September 2020 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad. Foto: DPR
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad. Foto: DPR
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad kembali mengungkit film G30S/PKI di tanggal 30 September ini. Dasco kembali menegaskan tak ada larangan maupun kewajiban masyarakat untuk menonton film tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, secara pribadi, Dasco mengaku akan tetap menonton film garapan Arifin C. Noer itu. Bahkan, ia juga akan mengajak keluarganya untuk nonton film G30S/PKI.
"Film itu kan bisa juga sejarah, bisa kemudian edukasi dan hiburan. Nah, selama tidak ada pelarangan, ya, tidak ada pelarangan nonton, ya, tidak ada juga kewajiban. Tetapi kalau saya pribadi, saya ajak keluarga saya nonton lagi," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/9).
Film G30S/PKI Foto: Jihad Akbar/kumparan
Ketua Harian DPP Gerindra itu menilai, setiap peringatan G30S, ada pihak yang sengaja menggulirkan kembali isu PKI di tengah masyarakat. Tak dijelaskan Dasco siapa pihak yang dimaksud.
"Ya, kan kita tahu, memang menjelang 30 S (September), ada yang kemudian menggulirkan isu-isu PKI dan sebagainya," ujar Dasco.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Dasco mengamini pandangan yang tak sependapat PKI hadir kembali di tengah masyarakat. Sebab, TAP MPRS 25/1966 tentang larangan ajaran Marxisme Komunisme dan Leninisme masih belum dicabut.
Wakil ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Dasco juga sependapat dengan pihak yang selalu mengingatkan agar peristiwa G30S tak terulang.
"Supaya tetap menjadi pelajaran yang berharga bagi anak cucu kita, ya, itu tidak usah diperdebatkan," tandas Dasco.
Di bulan September, isu komunisme memang selalu kembali ramai diperbincangkan. Apalagi tahun ini, setelah eks Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, dan KAMI menuduh ada komunisme gaya baru di era saat ini. Banyak pihak yang menganggap pernyataan KAMI provokasi, namun ada juga yang membela.