Wamenag Minta China Jelaskan Kabar 16 Ribu Masjid di Xinjiang Dihancurkan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita yang disebut bersumber dari sebuah laporan dari lembaga think tank Australian Strategic Policy Institute (ASPI). ini kemudian dibantah oleh pemerintah China. Namun, informasi tersebut terus bergulir.
"Kami mencermati perkembangan berita itu. Ada berita bahwa ribuan masjid di wilayah Xinjiang, di Uighur, dirobohkan. Kami mencermati perkembangannya dan ada juga informasi bantahan dari otoritas setempat," kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'ad seperti dikutip dari website Kemenag, Senin (28/9).
Jika memang ada persoalan yang terkait dengan kehidupan beragama di sana, Wamenag menggarisbawahi tentang pentingnya kebebasan dalam beragama.
“Kami di Kementerian Agama berpandangan bahwa kebebasan beragama adalah hak asasi manusia yang harus dilindungi, dijaga, dan dihormati," kata Wamenag.
Laporan ASPI Australia
ADVERTISEMENT
Lembaga ASPI menyebut, lebih dari satu juta warga Muslim Uighur dan keturunan Turki ditahan di kamp konsentrasi. Mereka didoktrin untuk meninggalkan agamanya.
Sementara itu, masjid di Xinjiang yang dihancurkan China sebanyak 16 ribu. Laporan itu diperoleh ASPI dari citra satelit dan pemodelan statistik.
Penghancuran masjid dilakukan tiga tahun terakhir. Ada sekitar 8.500 masjid yang dirubuhkan total.
Mayoritas masjid yang dihancurkan berada di pinggiran kota Urumqi dan Kashgar.
ASPI menambahkan, masjid yang berhasil lolos dari penghancuran, kubah dan menaranya dicopot. Ada pula 15.500 masjid rusak yang tidak direnovasi.
Tak hanya masjid, otoritas China juga dituduh menghancurkan makam umat Muslim dan tempat-tempat terkait Islam lainnya.
ADVERTISEMENT
Merespons ASPI, China bersikeras warga Muslim Xinjiang menikmati kebebasan beragama.
Selain membantah, jubir Kemlu Wang Wenbin mengklaim ada 24 ribu masjid Xinjiang yang terjaga keberadaannya.
"Total masjid di Xinjiang 10 kali lebih banyak dari yang berada di AS," kata Wang seperti dikutip AFP.
"Rata-rata masjid per warga Muslim bahkan melebihi di negara-negara Muslim," klaim Wang.