Wamenkes Ungkap Kematian Corona Anak Naik: Gejalanya Susah Makan

30 Agustus 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wamenkes dr Dante Saksono Harbuwono memebrikan keterangan pers pada kedatangan vaksin corona Sinovac tahap ketujuh, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (25/3). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Wamenkes dr Dante Saksono Harbuwono memebrikan keterangan pers pada kedatangan vaksin corona Sinovac tahap ketujuh, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (25/3). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus corona pada anak di Indonesia kini dilaporkan mengalami peningkatan. Tak hanya itu, bahkan ketika kasus kematian akibat corona pada usia dewasa menurun, justru malah terjadi sebaliknya pada usia anak.
ADVERTISEMENT
Hal ini turut disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan, dr. Dante Saksono Harbuwono. Menurutnya, kasus kematian yang terjadi pada usia anak ini belum memperlihatkan tren perbaikan yang cukup signifikan.
Tak hanya itu, ia membeberkan salah satu faktor meningkatkan kasus kematian ini lantaran banyak orang tua yang membawa anaknya ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
"Ternyata ketika kasus kematian pada usia dewasa sudah mulai menurun beberapa saat ini, tetapi kasus kematian pada anak belum terlalu menunjukkan proses yang signifikan," katanya dalam keterangan pers virtual, Senin (30/8).
"Bahkan kematian COVID-19 pada anak semakin meningkat di beberapa daerah ini disebabkan karena keterlambatan orang tua untuk membawa anak itu ke pengobatan yang baik," sambung Dante.
ADVERTISEMENT
Kasus corona yang terjadi pada anak ini tentu sangat berbeda ketika terjadi pada orang dewasa. Kemungkinan besar anak tak dapat mengenali gejala yang ia rasakan seperti anosmia. Sehingga, akan sulit untuk mendeteksi gejala COVID-19 pada anak.
Kondisi ini tentu bisa mengakibatkan kesalahan penanganan. Ketika anak seharusnya mendapatkan penanganan seperti pasien COVID-19 lainnya seperti menjalani isolasi, orang tua justru menganggap anaknya seperti terserang penyakit flu pada umumnya.
"Tadinya disangka flu biasa, kemudian anaknya tidak anosmia atau tidak kehilangan indera penciuman. Biasanya ini tidak terlalu banyak dikeluhkan oleh anak, tetapi gejala pada anak adalah susah makan. Nah, mereka saat susah makan dan punya gejala seperti flu diobati sebagai penyakit flu," jelas Dante.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, orang tua harus berperan aktif dalam mengenali kondisi pada anak. Terdapat dua hal yang bisa menjadi penanda bahwa anak tersebut sedang dalam kondisi yang kurang baik, seperti demam dan susah makan. Jika anak mengalami hal tersebut, maka orang tua harus segera memeriksakan anaknya untuk mencegah adanya perburukkan kondisi.
"Jadi peran orang tua sangat penting sekali untuk menekan kasus COVID-19 pada anak. Sehingga tidak menunggu anak sesak dulu baru dibawa ke RS tetapi dari awal harus diperiksakan ke dokter saat anak demam dan susah makan," pungkas Dante.