Warga 1 Desa di Cianjur yang Kena Corona Jadi 41, Semua Pemudik dari Kalimantan

28 Mei 2021 18:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Cianjur AKBP Mochamad Rifai. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Cianjur AKBP Mochamad Rifai. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus corona di Kampung/Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bertambah dari 24 menjadi 41 orang. Semua warga yang tertular corona merupakan pemudik dari Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Kapolres Cianjur, AKBP Mochamad Rifai, mengatakan mereka kembali ke Cianjur untuk merayakan libur lebaran setelah bekerja di Kalimantan.
Klaster pemudik ini baru diketahui setelah tim Satgas COVID-19 melakukan pemeriksaan terhadap 60 warga yang kembali dari Kalimantan.
"Dari hasil 60 orang yang dilakukan pemeriksaan dini, hasilnya sebanyak 41 orang dinyatakan positif COVID-19 yang kemudian dilakukan penanganan lanjutan," kata Rifai, kepada wartawan, Jumat (28/5).
Ia menambahkan, warga yang terkonfirmasi positif corona melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Isolasi itu juga diawasi oleh tim Satgas.
"Hasilnya kini sudah cukup membaik, dari jumlah tersebut tinggal 14 orang yang masih menjalani isolasi mandiri. Semoga saja mereka juga segera pulih," imbuhnya.
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
Sebelumnya, sebanyak 24 warga di Desa Cibuluh dinyatakan positif corona dari hasil tes swab PCR. Kasus ini berawal dari seorang pemudik dari Kalimantan melakukan pijat.
ADVERTISEMENT
Kemudian, terapis pijat itu dipanggil untuk melayani pemudik dari Kalimantan. Hingga kemudian, bertambah dari 24 kasus menjadi 41 orang.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Cianjur dr Yusman Faisal, mengatakan klaster corona dari pemudik itu terjadi sekitar dua pekan terakhir atau bertepatan dengan momen mudik Lebaran 2021.
"Kronologis awalnya terjadi ada seorang warga yang merupakan pemudik mengalami sakit. Kemudian melakukan pengobatan tradisional dengan cara pijat yang dilakukan seorang terapis," ujar Yusman, Jumat (28/5).
"Diduga terapis atau pemijat ini berkeliling ke sejumlah warga yang juga menggunakan jasanya sehingga terjadi penularan dan penyebaran COVID-19," pungkasnya.
Dalam satu kampung tersebut, kata Yusman, terdapat satu RT yang diklasifikasikan sebagai zona merah. Sementara tiga RT lainnya masuk zona oranye.
ADVERTISEMENT