Warga Bekasi 2 Kali Terinfeksi Corona, Ini Penyebabnya Menurut Eijkman

1 Januari 2021 9:43 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ulfa Nurul Fadhilah (29), seorang karyawan swasta di Bekasi, dua kali terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Pada September dan Desember 2020.
ADVERTISEMENT
Untuk kasus pertama, ia tak merasakan gejala. Namun yang kedua kalinya Ulfa merasakan cukup banyak gejala, dari meriang hingga sesak.
Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa penyebabnya?
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio menjelaskan, memang setiap penyintas akan terdapat antibodi untuk melawan corona. Namun jumlahnya masing-masing berbeda.
"Bisa jadi karena kekebalan yang terbentuk tidak cukup melindungi," ungkap dia kepada kumparan, Jumat (1/1).
Hal serupa pernah dijelaskan dr. Erlina Burhan, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan. Ia menegaskan, reinfeksi bisa terjadi ketika antibodi pasien sembuh corona mengalami penurunan, dan ia berada di lingkungan yang tinggi akan risiko penularan corona.
Selain itu, menurut Eijkman reinfeksi juga bisa terjadi karena adanya mutasi virus. Seperti diketahui di Indonesia sudah ditemukan beberapa mutasi salah satunya yang sudah terekam di GISAID adalah mutasi ke D164G.
ADVERTISEMENT
"Bisa juga virus yang kedua adalah strain/varian yang berbeda," ungkapnya.
Belum diketahui lebih lanjut jenis virus yang masuk ke tubuh Ulfa. Harus ada proses whole genome sequencing untuk meneliti hal tersebut.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
Pada dasarnya kekebalan tubuh manusia bersifat dinamis, bisa naik dan turun. Imunitas seseorang dipengaruhi oleh usia, nutrisi, vitamin, mineral, hormon, olahraga, dan emosi.
Secara sederhana imun tubuh bisa dikatakan memiliki memori, di mana ketika seseorang berhasil sembuh dari COVID-19, tubuh akan mengingat cara melawan virus yang sebelumnya masuk. Kendati begitu, memori tersebut dapat berkurang. Terlebih, tidak pasti sampai kapan antibodi yang baru terbentuk itu bisa bertahan.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: