Warga Garut Geruduk Puskesmas karena Tak Terima Dijadikan ODP dan PDP

21 Juni 2020 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan mengambil sampel darah saat drive thru rapid test COVID-19 di Itenas, Jawa Barat, Kamis (18/6). Foto: M Agung Rajasa/ ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan mengambil sampel darah saat drive thru rapid test COVID-19 di Itenas, Jawa Barat, Kamis (18/6). Foto: M Agung Rajasa/ ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Video sejumlah warga yang tengah memarahi petugas kesehatan, saat ini tengah beredar di media sosial dan aplikasi Whatsapp. Aksi warga tersebut, dari informasi yang dihimpun, terjadi di Puskesmas Leuwigoong, Kabupaten Garut.
ADVERTISEMENT
Salah seorang petugas kesehatan di Garut, Kris (33) mengaku bahwa awalnya video tersebut beredar di kalangan internal petugas kesehatan Kabupaten Garut. Namun beberapa saat setelah ia menerima, video tersebut pun beredar luas.
"Kejadiannya di Puskesmas Leuwigoong. Namun kronologinya seperti apa saya tidak tahu pasti. Namun yang jelas, warga ini datang ke Puskesmas dan ada kejadian itu setelah salah seorang warga di sana dijemput untuk diisolasi dan dirawat di RSUD dr Slamet pada Jumat (19/6)," ujarnya Minggu (21/6).
Sementara itu, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman menyebut bahwa kedatangan warga ke Puskesmas karena tidak terima dijadikan sebagai pasien yang kontak erat dengan pasien positif COVID-19.
"Informasi yang masuk seperti itu. Ada kaitannya dengan KC-26. Yang kontak erat ini kan bisa ODP (orang dalam pantauan), bisa PDP (pasien dalam pengawasan), bisa lain sebagainya," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, aksi protes warga itu pun terjadi karena telat keluarnya hasil swab warga, sehingga yang bersentuhan dengan pasien positif COVID-19 berstatus ODP atau PDP. Aksi tersebut pun, menurutnya, bisa diminimalisasi kalau kemudian hasil tes swab keluar dengan cepat.
Wabup menjelaskan bahwa petugas tracing dan tracking mendapatkan tekanan saat sejumlah warga mendatangi Puskesmas Leuwigoong. Aksi warga sangat mengkhawatirkan karena tanpa petugas tracing dan tracking pihaknya akan kesulitan menanggulangi COVID-19 di Kabupaten Garut.
"Kita berharap para petugas tracking dan tracing tidak terganggu dengan adanya aksi warga tersebut dan tetap bisa melanjutkan pekerjaannya. Tugas tracking dan tracing adalah pekerjaan pekerjaan yang sangat mulia karena bertugas menyelamatkan masyarakat agar tidak terkena. Kalau pun ada yang terkena, agar segera dilakukan penanganan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menyikapi kejadian tersebut, Wabup mengaku akan memanggil Camat, Desa, Puskesmas dan keluarga sebagai langkah yang berkaitan dengan ekses saat melakukan penelusuran penyakit COVID-19. "Agar diselesaikan dengan baik," tutupnya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona!