Warga Palestina Tewas Ditembak Pasukan Israel di Tepi Barat

28 Juli 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat  protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
ADVERTISEMENT
Seorang pria Palestina ditembak hingga tewas oleh pasukan Israel di Desa Beita, Tepi Barat. Beita, dalam beberapa bulan terakhir, menjadi lokasi bentrok antara warga sipil Palestina dan pasukan Israel.
ADVERTISEMENT
Korban bernama Shadi Omar Lotfi Salim (41), seorang insinyur yang bekerja di bidang teknik pengairan Desa Beita. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Salim ditembak pada Selasa (27/7) malam.
Wakil Kepala Desa Beita, Mussa Hamayel, mengatakan pasukan Israel menembak Salim ketika ia memasuki desa usai pulang bekerja.
“Ia dibunuh dengan keji,” ujar Hamayel, sebagaimana dikutip dari Aljazeera. Ia menambahkan, di hari meninggalnya Salim, tak ada aksi unjuk rasa yang tengah berlangsung di area Beita.
Salim menjadi korban ketujuh yang tewas dibunuh oleh pasukan Israel sejak dimulainya unjuk rasa di Beita. Protes oleh warga Palestina ini didasari oleh penolakan atas pendudukan ilegal warga Israel di tanah Beita sejak Maret 2021 lalu.
Militer Israel merilis keterangan yang menyatakan, ketika tengah bertugas, pasukan mendapati "satu warga Palestina yang merupakan seorang suspek" di daerah selatan Kota Nablus.
Tentara Israel menembakkan gas air mata ke arah demonstran Palestina menggunakan drone. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
“Ketika warga Palestina itu mulai berlari ke arah pasukan dengan bersenjatakan objek mencurigakan—diidentifikasi sebagai batangan besi, pasukan Israel berupaya menghentikan aksinya dengan mengikuti prosedur operasional standar, termasuk melepaskan tembakan peringatan ke udara,” tulis militer Israel dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
“Ketika sang suspek terus berlari menghampiri, komandan pasukan melepaskan tembakan ke arah suspek. Insiden ini akan diinvestigasi,” lanjutnya.
Aksi protes di Beita kembali meletus usai beredarnya kabar pembunuhan Salim. Bulan Sabit Merah Palestina mencatat, sebanyak 106 warga Palestina terluka akibatnya.

Pemukiman Ilegal Israel, Dalang dari Protes di Beita

Selama beberapa bulan belakangan, situasi di Beita hampir tak pernah kondusif. Pasalnya, puluhan keluarga Israel datang dan bermukim secara ilegal di tanah Desa Beita.
Mereka juga membangun pos terdepan Evyatar, di mana pembangunannya bertentangan dengan Undang-undang Israel dan Internasional.
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Pendudukan oleh warga Israel ini mengancam 17 keluarga Palestina, atau lebih dari 100 orang, yang bermata pencaharian sebagai petani zaitun. Musababnya, dengan pendudukan ini, tanah perkebunan warga Palestina ini bisa tergusur.
ADVERTISEMENT
Protes demi protes yang dilangsungkan oleh warga Beita menyebabkan Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, membuat perjanjian dengan para pemukim Israel. Dengan adanya perjanjian tersebut, pemukim Israel diharuskan meninggalkan pos Evyatar.
Tetapi, rumah-rumah, pangkalan militer, dan sekolah keagamaan yang dibangun oleh para pemukim ilegal itu tetap dibiarkan berdiri di Evyatar, hingga Kementerian Pertahanan Israel memutuskan apakah tanah tersebut akan dianggap sebagai wilayah mereka.
Perjanjian itu ditolak oleh Kepala Desa Beita. Pada Kamis (22/7) lalu, ia menegaskan bahwa konfrontasi dan protes akan terus berlanjut selama warga Israel masih tetap berada di atas tanah Beita.
Seluruh pendudukan bangsa Yahudi di Tepi Barat dianggap sebagai pemukiman ilegal oleh sebagian besar komunitas internasional.