Warga Tolak Pencari Suaka Ditampung di Kalideres: Kami Terganggu

14 Juli 2019 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanduk penolakan warga komplek Daan Mogot Baru terhadap pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk penolakan warga komplek Daan Mogot Baru terhadap pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan ribuan pencari suaka yang kini ditampung di gedung eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, dirasa menganggu oleh warga sekitar. Seperti yang dirasakan oleh kebanyakan penghuni Perumahan Daan Mogot Baru yang berada tidak jauh dari lokasi penampungan.
ADVERTISEMENT
Ketua RT 005/017 Perumahan Daan Mogot Baru, Jantoni, mengatakan, mayoritas warga menolak karena khawatir dengan dampak yang ditimbulkan oleh tempat pengungsian.
Suasana di tempat pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA) di Gedung Eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
"Aspirasi warga, mereka khawatir nanti anak-anak sekolah, (karena) kesehatan pengungsi itu terkena imbasnya. Apalagi di perumahan kompleks yang begitu besar," ujar Jantoni di Daan Mogot Baru, Minggu (14/7).
Suasana di tempat pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA) di Gedung Eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Lokasi gedung eks kodim itu memang bersebelahan langsung dengan kompleks sekolah (TK-SMA) Dian Harapan. Selain itu, menurut Jantoni, bukan hanya faktor kesehatan, warga juga terganggu oleh aktivitas para pencari suaka tersebut.
"(Kami) pasti (ter)ganggu. Masalahnya waktu hari pertama, sudah ada warga yang naik mobil diketuk ketuk. Katanya cuma di dalam tapi pada keluar. Malah ada yang duduk dan tidur di emperan ruko," kata Jantoni.
ADVERTISEMENT
Jantoni menuturkan, kekhawatiran lainnya adalah kemacetan yang bisa ditimbulkan karena banyaknya pengungsi.
"Soal jalan. Itu sebelum ada pengungsi, jalan waktu sekolah macet sekali. Apalagi kalau sudah ada pengungsi seperti ini apalagi kalau mereka berkeliaran," keluhnya.
Penolakan warga terhadap para pencari suaka itu memang begitu kentara. Sedari gerbang perumahan, sudah terpampang spanduk bertuliskan penolakan. Jumlahnya tidak sedikit, terhitung ada sekitar sepuluh spanduk penolakan berada di sudut-sudut kompleks.
Spanduk penolakan warga komplek Daan Mogot Baru terhadap pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
"(Spanduk) inisiatif dari warga. Saya enggak tahu berapa buah, yang saya hitung ada sepuluh. Kalau spanduk benar itu dari warga sendiri yang pasang," jelas Jantoni.
Ia berharap, pemerintah terkait bisa secepatnya memberikan solusi dan merelokasi keberadaan para pengungsi tersebut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) DKI Jakarta, Irmansyah, menyebut jumlah pencari suaka semula yang berada di Jalan Kebon Sirih hanya 250 orang, kini menjadi 1.100 orang.
ADVERTISEMENT
“Semalam sampai saat saya pulang itu dan sudah dikroscek sama UNHCR itu 998. Tapi kemudian bertambah terus hingga 1.100-an orang. Mereka datang pakai kendaraan sendiri, datang sendiri. Kemungkinan bukan dari Kebon Sirih, kalau Kebon Sirih kan 250 kan,” kata Irmansyah saat dihubungi, Jumat, (12/7).
Gedung di Kalideres, tempat tinggal sementara para pencari suaka. Foto: Moh Fajri/kumparan
Indonesia sebagai negara transit
Pada 2018, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mencatat ada 25,9 juta pengungsi dan 3,5 juta pencari suaka yang tersebar di seluruh dunia, seperti Suriah, Afghanistan, Sudan Selatan, Myanmar, hingga Somalia.
Kementerian Luar Negeri mencatat hingga akhir Mei 2019 ada 13.997 pengungsi dari 43 negara yang ada di Indonesia. Sebetulnya, Indonesia tak berkewajiban menampung para pengungsi lantaran belum meratifikasi Konvensi Jenewa 1951 tentang pengungsi.
ADVERTISEMENT
Namun, Indonesia tetap memilih menampung pengungsi sesuai Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 mengenai penanganan pengungsi dari luar negeri. Indonesia memutuskan untuk berpartisipasi menyelamatkan pengungsi dari negara-negara konflik.
Sejauh ini, UNHCR telah memberikan solusi dengan mencoba untuk memberikan pelatihan kewirausahaan.
Suasana di tempat pengungsian pencari suaka warga negara asing (WNA) di Gedung Eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
"Secara khusus proyek kewirausahaan ini yang dimulai sejak pertengahan tahun lalu, dan kita baru saja menyelesaikan angkatan pertama peserta yang telah lulus sekitar 1,5 bulan lalu," kata Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Thomas Vargas, dalam jumpa pers bersama jubir Kemlu di gedung Kemlu, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).