Waspada! Kasus Campak, Difteri, dan Rubella Juga Meningkat

20 November 2022 11:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin polio. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin polio. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso mengungkap salah satu penyebab kemunculan polio adalah rendahnya cakupan vaksinasi PD3I dalam dua tahun terakhir. Seiring kemunculan polio, ia menyebut kasus campak, difteri, dan rubella juga meningkat.
ADVERTISEMENT
Indonesia dinyatakan bebas polio sejak 2014 lalu. Tetapi status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio ditetapkan oleh pemerintah usai ditemukannya kasus polio (lumpuh layuh) pada anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh, belum lama ini.
"Dua tahun terakhir imunisasi rutin 84%. Turun. Nasional target 93%. Ada 1,7 juta anak tidak diimunisasi lengkap. Sekarang ada laporan polio KLB di Aceh. Difteri. 20 provinsi laporkan campak dan rubella meningkat. 2014 Indonesia bebas polio. Padahal target kita sampai 2026 bebas polio," kata Piprim.
Ilustrasi vaksin Polio. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Piprim mengatakan, menurunnya vaksinasi disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya pandemi membuat orang tua menghindari keramaian termasuk untuk ke lokasi vaksinasi anak.
Selain itu, informasi terkait vaksin juga simpang siur di era digital. Banyak masyarakat yang takut pada vaksinasi terlebih pada kalangan yang belum paham betul bahaya PD3I.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, ia mengimbau IDAI di daerah untuk lebih masif menginformasikan masyarakat terkait bahaya PD3I dan manfaat imunisasi.
"Bulan Imunisasi Anak Nasional di kota besar sukses, di daerah penolakan banyak. Sejak akhir 2021 IDAI buat [program] lengkapi imunisasi anak, tapi kita mungkin butuh strategi lain. Medsos suka buat kegalauan masal, jadi saya imbau dokter kampanye positif vaksin," ujar dia.