news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Waspada! Klaster Corona Sekolah saat Berlakukan Pembelajaran Tatap Muka

23 September 2021 8:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjaga sekolah membersihkan ruang kelas SMAN 81 Jakarta Timur jelang penambahan sekolah yang menggelar pembelajar tatap muka (PTM) pada Senin, (13/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penjaga sekolah membersihkan ruang kelas SMAN 81 Jakarta Timur jelang penambahan sekolah yang menggelar pembelajar tatap muka (PTM) pada Senin, (13/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sudah mulai diterapkan di sekolah-sekolah semenjak pandemi COVID-19 melandai. Namun demikian, dibutuhkan kesiapan dari sisi sarana, tenaga pengajar, hingga siswa dalam menerapkan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Ada juga syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan PTM ini. Salah satunya kini harus berada di daerah yang menerapkan PPKM Level 1-3. Walau demikian, sekolah juga tetap diwajibkan memberikan opsi pembelajaran daring atau jarak jauh (PJJ) bagi orang tua dan siswa yang memilih untuk tinggal di rumah.
Namun demikian, ada sejumlah kasus sekolah yang menerapkan PTM justru menjadi klaster baru. Sejumlah murid dan guru yang mengajar terjangkit corona. Di mana saja?
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai rapat penanganan COVID-19 di komplek kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang. Foto: Pemprov Jawa Tengah
Jepara
Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menjadi klaster penyebaran virus corona. Sekolah ini diketahui sudah menerapkan PTM.
Virus corona menginfeksi 25 murid dan 3 guru sekaligus. Akibatnya sekolah tersebut terpaksa ditutup kembali dari kegiatan belajar mengajar tatap muka.
ADVERTISEMENT
"Langsung saya komunikasi dengan Kemenag. Ini menjadi perhatian jangan sampai kita dicap gagal karena tidak aware pada soal itu. Ini jadi catatan penting," ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Selasa (21/6).
PTM di Jepara berlangsung sejak tiga pekan terakhir atau dimulai pada awal September 2021.
Purbalingga
Sebanyak 90 siswa SMP Negeri 4 Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, terpapar virus corona saat PTM. Kasus itu diketahui setelah pihak sekolah bersama Dinas Kesehatan Purbalingga melakukan rapid test antigen pada Senin (20/9).
Sama seperti di Jepara, di Purbalingga ini pun kegiatan PTM dihentikan.
"Untuk Purbalingga, saya sudah telepon Bupati, sudah dicek, dan saya minta untuk ditutup. Sama juga yang terjadi di Jepara, saya minta langsung tutup," ujar Ganjar Pranowo.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kasus itu, Ganjar meminta sekolah yang menggelar PTM harus melakukan testing untuk mengindari munculnya klaster corona sekolah.
"Sekarang kita minta untuk yang persiapan PTM itu harus disiapkan testingnya. Kalau perlu sekali-kali dirandom test," kata Ganjar.
Sejumlah murid mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Jakarta
Di Jakarta pun demikian. Klaster corona terbentuk usai PTM dilaksanakan.
Menurut data yang dicatat secara real-time oleh Kemendikbudristek melalui sekolah.data.kemdikbud.go.id, per Rabu (22/9), terdapat 25 klaster saat PTM dari total 899 responden di sekolah di Jakarta.
Sebanyak 227 pendidik dan tenaga kependidikan dilaporkan terinfeksi COVID-19. Sementara untuk peserta didik yang terinfeksi berjumlah 241 orang.
Data Nasional
Masih dikutip dari data real-time Kemendikbudristek melalui sekolah.data.kemdikbud.go.id, hingga Rabu (22/9), total klaster yang telah terbentuk saat PTM secara nasional telah mencapai 1.299 klaster dari 46.892 responden sekolah.
ADVERTISEMENT
Sementara total pendidik dan tenaga kependidikan yang terinfeksi mencapai 7.285 orang dan 15.655 peserta didik.
Ketua DPR Puan Maharani dalam Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD di Senayan, Senin (16/8/2021). Foto: Dok. Biro Setpres
Puan: Jangan Tatap Muka Kalau Belum Siap
Ketua DPR Puan Maharani menyoroti munculnya klaster corona akibat PTM. Secara khusus dia menyoroti kasus di Purbalingga.
Selain itu, dia juga menerima sejumlah laporan terkait sejumlah sekolah yang menggelar tatap muka meski belum memenuhi syarat seperti di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah dan Sleman, Yogyakarta (DIY).
Puan mengingatkan agar sekolah tidak memaksakan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) jika belum memenuhi kriteria. Hal ini demi melindungi siswa dan lingkungan sekolah dari risiko penularan COVID-19 yang masih mengancam.
“Keselamatan siswa, guru, dan lingkungan sekolah adalah hal yang pertama dan utama. Jadi sekolah yang belum memenuhi syarat jangan mencuri start PTM karena hanya akan membahayakan keselamatan siswa,” Rabu (22/9).
Epidemiolog Unair Windhu Purnomo. Foto: Dok: Pribadi
Di sisi lain, epidemiolog atau ahli wabah dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, menjelaskan terjadinya klaster bisa disebabkan karena adanya perilaku tidak disiplin yang salah satunya dilakukan oleh para siswa.
ADVERTISEMENT
Jika seharusnya mobilitas siswa hanya dibatasi oleh rumah dan sekolah, maka itu bisa aman. Hanya saja banyak ditemukan siswa yang justru menghabiskan waktu di luar rumah dan sekolah.
"Kemarin saya mendengar ada sahabat saya mengatakan itu banyak anak-anak berseragam berkeliaran di tempat-tempat umum nongkrong. Itu berarti di luar bubble. Bubble yang aman itu rumah, sekolah. Kalau selama dia enggak keluar bubble ini aman, aman bagi anak dan yang di rumah maupun yang di sekolah. Tapi begitu keluar bubble mereka nongkrongnya buyar, dong," kata Windhu kepada kumparan, Senin (20/9).
Setiap sekolah yang menerapkan PTM sebelumnya telah melalui sejumlah asesmen atau penilaian terkait kelayakan membuka kembali sekolah tersebut. Namun seperti yang ia sampaikan, ketertiban protokol kesehatan di sekolah bisa saya menjadi sia-sia lantaran siswa yang tak disiplin.
ADVERTISEMENT
"Itu yang harus diawasi. Jadi kalau ada sekolah yang muridnya ketahuan ada di luar bubble tadi, yang tidak langsung pulang, itu harus ditutup sekolah itu sementara. Artinya kita tidak hanya melihat sekolah, kalau sekolah kita yakinlah sudah ada asesmen sebelumnya bahwa kalau enggak lulus enggak bisa buka. Sekolah saya percaya," tambah Windhu.