Waspada Melesatnya Kasus Corona di Jakarta

1 September 2020 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kasus corona di Jakarta melonjak- Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Kasus corona di Jakarta melonjak- Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Dua hari berturut-turut, penambahan kasus corona di Jakarta melonjak di atas seribu: 1.040 dan 1.114 orang. Libur panjang pada 16-20 Agustus lalu turut menyumbang tingginya penularan di ibu kota akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENT
"Angka pengambilan spesimen pada 27 Agustus juga cukup tinggi, perlu dipertimbangkan efek long weekend dua minggu berturut-turut [yang menyumbang kasus corona di Jakarta]," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, dalam keterangannya, Minggu (30/8).
Lebih dari 70% kasus positif pada 30 Agustus merupakan kasus yang diambil spesimen pada 24 dan 25 Agustus 2020. Jika dihitung mundur, masa inkubasi tersering adalah 6 hari --pasien mengakses pemeriksaan PCR 1-2 hari kemudian, sehingga periode penularan tertinggi terjadi pada 16-17 Agustus 2020.
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
Lonjakan ini tentu saja berdampak pada okupansi tempat tidur di rumah sakit yang sudah melampaui 60 persen. Artinya, ruang isolasi hanya sisa 31 persen, sedangkan ICU khusus pasien corona tersisa 23 persen.
ADVERTISEMENT
Wiku mengingatkan masyarakat Jakarta untuk waspada. Sebab, tajamnya peningkatan kasus juga termasuk kontribusi dari wilayah sekitarnya.
"Kami perlu sampaikan, kasus-kasus di DKI Jakarta ini 30 persennya berasal dari daerah sekitarnya, Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), dan berkontribusi pada kasus di Jakarta, dan harus ditangani dengan baik pula," tuturnya.
Untuk mengoptimalkan penanganan, sejumlah pejabat pemerintah DKI menggelar rapat bersama secara internal pada 31 Agustus. Rapat itu turut dihadiri Presiden Jokowi.
Staf medis menggunakan alat pelindung diri (APD) mempersiapkan ruang isolasi khusus untuk pasien corona di Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta. Foto: Dok. Ciputra
Staf medis menggunakan alat pelindung diri (APD) mempersiapkan ruang isolasi khusus untuk pasien corona di Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Dalam rapat, pemerintah menekankan penerapan sanksi yang tegas agar masyarakat bisa disiplin menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, rapat membahas aktivitas perkantoran yang belakangan menjadi klaster penyumbang cukup besar di wilayah DKI Jakarta.
"Ada rapat internal bersama pimpinan daerah DKI Jakarta, dengan presiden dan beberapa menteri dalam rangka memastikan penanganan di DKI dapat berjalan baik. Dan kondisi peningkatan jumlah kasusnya bisa ditekan sehingga kondisi risikonya bisa terkendali dengan baik," kata Wiku.
ADVERTISEMENT
Wiku mengakui tingginya kasus di Jakarta lantaran jumlah tes corona di Ibu Kota sangat tinggi dan melampaui WHO. Kendati demikian, ibu kota tetap harus mengendalikan tingginya penularan.
"Jumlah positif di DKI ini jauh dari yang lain karena jumlah tes di Jakarta kontribusi sebesar 43 persen dari jumlah tes nasional," ungkap Wiku.
Masyarakat beraktivitas olahraga di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Tentang penegakan hukum dan pencegahan corona, kami menginstruksikan kepada lintas kementerian, TNI, Polri pemda untuk ambil langkah penting dan tegas. Salah satunya DKI, untuk bisa meningkatkan kedisiplinan masyarakat melalui proses dari persuasif, dan mungkin perlu menerapkan denda dan sanksi," tuturnya.
Sementara, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjamin penanganan corona di Jakarta terkendali meski jumlah kasus melonjak. Menurutnya, tingginya angka penularan disebabkan jumlah tes dan pelacakan Jakarta yang unggul dibanding daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sudah ada 635.640 orang di Jakarta menjalani tes PCR. Sebanyak 40.309 di antaranya positif corona.
Laporan Media Harian COVID-19 31 Agustus 2020. Foto: Kemenkes
"Meskipun angka kasus baru itu naik, tapi bila jumlah kasus aktifnya itu menurun dan bila angka kematian kita rendah artinya penanganan itu relatif terkendali," kata Anies.
"Kapasitas testing kita seluruhnya baik pemerintah maupun swasta, di Jakarta itu ada 11 ribu, artinya itu kapasitasnya 10 kali lipat yang diharuskan oleh WHO. Kegiatan testingnya bervariasi tiap minggu. Rata-rata tiap minggu kita 4 sampai 5 kali lipat lebih tinggi yang diharuskan WHO," ungkapnya.
Anies juga menekankan rata-rata angka kasus meninggal atau fatality rate lebih rendah dari angka nasional maupun angka global. Sehingga, Anies memastikan Pemprov DKI berhasil mengendalikan penyebaran corona di Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Graha BNPB. Foto: BNPB
"Jakarta, angka kematian kita, case fatality rate-nya 3 persen. Jadi kita 3 persen, dunia 3,4 persen, Indonesia 4,3 persen. Indonesia tanpa Jakarta, ini Jakarta dikeluarkan maka case fatality rate-nya 4,7," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari 40.309 kasus yang tercatat, 30.538 orang sudah sembuh. Sebanyak 1.202 orang meninggal dunia, dan 8.569 lainnya masih menjalani perawatan.
"Jadi, meskipun angka kasus baru itu naik, tapi bila jumlah kasus aktifnya itu menurun, dan bila angka kematian kita rendah artinya penangan itu relatif terkendali. Tapi ini belum selesai, belum selesai. Artinya kita masih punya PR untuk menuntaskan sampai betul-betul zero," pungkas Anies.
Infografik jangan turun ke dagu. Foto: Hodirin Susanto/kumparan
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***