Waspada! Varian Delta Lebih Menular ke Anak-anak dan Lansia

4 Agustus 2021 13:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Infografik Kecepatan pertumbuhan varian Delta di Indonesia.
 Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Infografik Kecepatan pertumbuhan varian Delta di Indonesia. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya membenarkan bahwa varian corona Delta lebih menular. Oleh sebab itu, ia menerangkan sudah pasti varian ini juga lebih cepat menular pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
ADVERTISEMENT
“Delta memang khasnya perubahan pada spikenya, yang lebih mudah menempel sehingga penularan lebih cepat. Nah, kondisi ini dengan demikian juga lebih mudah menular ke anak-anak,” kata Ede di YouTube FMB9ID_IKP, Rabu (4/8).
Ede menerangkan, virus COVID-19 sebelum ada varian Delta dapat menimbulkan penularan setelah kontak erat selama 15 menit. Kini, penelitian terakhir menunjukkan antara orang yang dalam 1 menit bertemu, berpapasan tidak pakai masker, ngobrol, bisa terjadi penularan varian Delta.
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
“Lansia otomatis [lebih mudah tertular] karena kondisi paru-parunya lebih tidak baik dari anak muda. Dengan demikian, kewaspadaan itu harus dilakukan kepada lansia. Apalagi kalau misalnya beliau pasif merokok. Di samping itu, paru-paru perokok mudah sekali perburukan [saat terkena corona],” terang dia.
ADVERTISEMENT
Kendati lebih menular pada anak dan lansia, Kasubbid Tracing, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Kusmedi Priharto mengimbau warga jangan berlebihan. Asal patuh, varian Delta bisa dilawan.
“Kita jangan ketakutan, tapi harus patuh dengan semua yang sudah disampaikan para pakar. Bahkan banyak penyintas mereka bercerita bagaimana mereka sakit, penularannya, dan sembuh itu cerita bagus untuk ditampilkan. Pada akhirnya orang sadar COVID ada dan berbahaya,” kata Kusmedi dalam kesempatan yang sama.
“Kalau orang enggak pakai masker, berpapasan, atau sengaja ketemu di tempat makan, maka kalau jaraknya cukup kita tahu bisa teratasi. Tapi kita tahu mana bisa makan diam, [lalu] orang kita bandel enggak percaya masker dan jarak bisa menyelamatkan,” tandas dia.
ADVERTISEMENT